Ku ingin saat ini engkau ada disini...
Tertawa bersamaku seperti dulu lagi...
_______
Suara ribut di sekitarnya membuat gadis yang tengah terlelap itu terusik. Dahinya mengerut seiring dengan suara ribut yang awalnya samar semakin jelas.
Masih dengan mata yang setengah tertutup gadis itu mengangkat kepalanya. Pandangannya langsung terarah pada jendela kecil di pintu masuk ruang rawat itu. Terlihat kegaduhan disana membuatnya langsung tersadar dan berjalan menuju pintu.
"Tante please, Aku cuma mau liat Fe. Aku mohon Tante...,"
Tubuh Key langsung menegang mendengar lirihan suara yang sangat dikenalnya. Tanpa menunggu lama ia membuka pintu dan pemandangan di depannya membuatnya terpaku. Mengabaikan rasa penasaran yang kenapa orang itu bisa berada disini.
"Cuma mau liat Fe kamu bilang?! Apa kamu tidak cukup tau malu datang kesini setelah membuat Fe seperti itu?! Oh, Saya baru tau ternyata Kamu memang gak tau malu. Apa masih belum cukup untukmu menjerumuskan Fe dulu?! Apa belum cukup untukmu membuat Fe tak sadarkan diri?! Sekarang kamu mau apa?! KATAKAN APA MAUMU SEKARANG!!"
Wenda menggeleng, ia mengatupkan kedua tangannya di depan dada sambil berlutut. Air matanya deras dengan lingkaran hitam di sekitar mata itu. "Wenda gak bermaksud gitu Tante..., Tante tau sendiri kalo Wenda mencintai Kak Fe."
Nina tertawa sinis di tempatnya, mata dengan kerutan tipis di sekitarnya itu menatap Wenda dengan tajam. Mata tajam yang mengingatkan Key pada sosok yang masih terbaring di dalam sana.
"Kalau kamu cinta kepada anak saya kamu gak akan berbuat seperti itu." Ucap Nina penuh tekanan. "Saya tidak memperpanjang urusan di kantor polisi karna masih menghargai Ibumu. Tapi dengan tidak tau malunya kamu masih berani menampakkan diri?"
Oh, sekarang Key mengerti kenapa Mantan sahabatnya itu berada disini. Key menghela nafas kemudian mendekati Nina dan mengusap lengannya untuk menenangkan. Key tahu, ini pasti sulit untuk Nina mengingat begitu dekatnya wanita paruh baya itu dulu dengan Wenda.
Di tempatnya, Wenda menatap tak suka pada Key yang terlihat dekat dengan Nina. Sesuatu dalam dadanya bergemuruh melihat bagaimana Key berusaha untuk menenangkan Nina.
"Sebaiknya lo Pergi." Ucap Key tajam pada Wenda.
Mengabaikan ucapan Key, Wenda beralih pada Nina yang juga menatapnya tajam. "Tan-"
"Tunggu apa lagi? Cepat pergi darisini." Ucap Nina tak kalah tajam.
"Please Tan..." air mata Wenda semakin deras. "Aku tau tak pantas mengatakan ini. Tapi Aku benar-benar minta maaf Tante. Aku menyesal Tante... Please, izinkan Aku melihat Kak Fe Tan."
Isakan Wenda terdengar pilu. Bahkan ia memegang kaki Nina sambil berlutut. Gadis itu menunduk dalam dan isakannya semakin keras. "Satu kali saja Tante____setelah itu Aku berjanji bakal menghilang dari hadapan Fe. Wenda mohon___"
Bahu Nina bergetar, wanita itu menangis. "Apa kamu tidak punya hati Wenda? Hidup anak saya sudah cukup menyedihkan. Dan Kamu menambah penderitaannya. Tidakkah kamu berpikir Saya sebagai Ibunya merasa hancur melihatnya seperti itu?"
Ucapan Nina membuat Key merasakan sakit pada dadanya. Kekasihnya sudah menghadapi kehidupan yang sulit. Tak ada warna dalam hidupnya, yang ada hanya kehampaan yang tiap hari semakin membayangi hidup pria itu. Kehadiran Wenda di awal sebagai cinta pertama pria itu nyatanya semakin membuat hidupnya hancur.
Tanpa sadar air mata Key ikut meluruh. Dulu ia juga pernah membuat Fe terpuruk saat mengakhiri hubungan mereka. Ia juga pernah menghancurkan hati Fe, menyakitinya dan ikut menorehkan luka pada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.