Bab 09

1.9K 61 0
                                    

"Nangis?"

"Sini abang pinjamin bahu." Ryan mengangkat kedua alisnya sambil menepuk bahunya.

Key memutar bola matanya malas kemudian kembali menatap anak-anak yang sedang bermain di taman.
Ya, mereka sekarang berada di taman. Setelah kedatangan Ryan ke Kafe Key langsung saja beranjak dari duduknya mengajak Ryan keluar. Sebelum pergi, ia tak lupa memasang senyum manisnya saat melewati Fe.

"Ya elah, cowok gitu aja digalauin."
Ryan menatap Key yang masih saja memandang ke depan.

"Kan masih ada gue." Ryan mencondongkan dadanya ke depan.

Key beralih ke Ryan, kemudian dipandangnya pria itu dari atas sampai bawah membuat Ryan menyerngit.

"Ogah!" Tolak Key mentah-mentah dengan ekspresi jijik.

"Lo buta ya? Diluar sono banyak cewek ngantri buat sekedar kenalan sama gue. Harusnya lo bersyukur gue mau temenin lo kemana aja." balas Ryan tak terima.

Key kembali menatap Ryan.
"Lo suka sama gue?"

Ryan terdiam, ia terlihat terkejut dengan pertanyaan Key. Matanya tak berkedip sama sekali masih menatap Key.

Sedangkan Key menautkan alis melihat Ryan.
"Kakak beneran suka sama Key?"

"Lo-lo gila! Waaahhh!!" Ryan mengalihkan pandangannya.
"Suka? Sama lo? Mimpi!" Elak Ryan, tapi terlihat jelas jika ia sekarang sedang gugup.

Tapi memang dasar Key yang tak peka, ia hanya mengedikkan bahu tak curiga.
"Sukur deh."

"Apaan?"

"Bisa ribet kalo Kakak suka sama Key." Jelas Key membuat Ryan melongo.

"Mimpi lo! Mimpi!"

Key hanya menatap Ryan sekilas, ia sebenarnya hanya iseng bertanya. Lagipula tak mungkin juga seorang Ryan yang dia anggap Kakak suka padanya.

******

Key berjalan menuju gedung sekolah, ia mengikuti Fe dari belakang sambil menatap punggung lebar pria itu. Sesekali ia menghela berat mengingat kejadian semalam.

Saat di tengah lapangan tiba-tiba Fe berhenti begitu juga dengan Key. Pria dengan ransel hitam itu berbalik menatap Key yang diam di tempat menatapnya. Fe memasukkan kedua tangannya ke saku, ia terlihat seperti seorang model sekarang. Kepalanya juga miring saat memperhatikan gadis berkuncir kuda di depannya itu.

Beberapa saat mereka masih di posisi itu. Sampai akhirnya Fe berjalan mendekati Key.

Tiba di hadapan Key, Fe sedikit menunduk karna tubuh gadis itu lebih pendek darinya. Sementara Key mematung di tempat dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.

Fe memiringkan kepalanya kemudian semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Key yang sudah semerah tomat itu.

Fe menautkan alis meneliti setiap jengkal wajah Key. Mulai dari mata yang membulat sempurna, pipi yang bersemu merah dan bibir yang terkatup rapat. Dapat dipastikan jantung gadis itu berdetak tak beraturan.

Key membeku, ia dapat merasakan nafas Fe yang hangat berhembus di wajahnya. Jantungnya benar-benar tak bekerja normal. Kemudian

Cup

"Aaahhhhhh...!!"

Tanpa aba-aba Fe mendaratkan bibirnya di pipi Key membuat semua orang yang melihat berteriak histeris terutama para cewek.

Sementara itu Key semakin membeku, tubuhnya juga panas dingin, matanya terbelalak bersiap-siap untuk melompat. Tatapan gadis itu kosong, botol minum yang sebelumnya ia pegang juga jatuh begitu saja. Beberapa saat ia terdiam tak sadar.

Feelings (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang