Key menatap nanar gelang yang masih terpasang di lengannya. Gelang pemberian Fe. Hati Key terasa ngilu jika mengingat pria yang dicintainya itu. Apalagi saat mengingat bagaimana kecewanya tatapan pria itu padanya.
Hanya masalah waktu sampai ia benar-benar bisa melupakan Fe. Hanya masalah waktu sampai ia tak lagi merasa sakit saat melihat pria itu. Dan ia juga harus menyiapkan hati jika nanti ia melihat Fe bersama Wenda.
Tak terasa air mata Key jatuh ke punggung tangannya. Membayangkan Fe bersama Wenda saja sudah membuat pertahanannya runtuh. Ia tak rela, ia tak ingin meninggalkan pria itu. Ia tak ingin melihat pria itu bersama gadis lain.
Air matanya semakin deras. Sungguh, ia tak mampu melihat pria itu terluka.
"Key?"
Key mendongakkan kepalanya. Di depannya sudah ada Dion yang menatapnya sendu.
"Abang...," Lirih Key, tangisnya menjadi kemudian ia menghamburkan badannya pada dada Dion setelah pria itu duduk di depannya.
Dion mengusap punggung Key untuk menenangkannya. "Kalo gak kuat kenapa minta putus?"
Key hanya menggeleng dan mengeratkan pelukannya.
Dion terus mengusap punggung gadis itu. Ia tak tahu pasti kenapa Key sampai membuat keputusan seperti itu. Karna berapa kalipun bertanya Key hanya akan menggeleng tak mau menjelaskan. Dion memilih diam, mungkin Key memiliki alasan kuat yang tak bisa di katakan. Dan ia tak mau memaksa. Yang bisa Dion lakukan hanyalah menenangkan tetangganya itu.
Setelah beberapa lama akhirnya Key tak menangis lagi. Nafas gadis itu juga teratur. Dion menunduk, ternyata Key tertidur di pelukannya.
Dengan hati-hati Dion membopong tubuh Key menuju ranjangnya dan membaringkan gadis itu. Dion menarik selimut dan memasangnya hingga leher Key. Kemudian ia mengelus rambut Key sayang sebelum pergi meninggalkan ruangan bernuansa biru itu.
Key menggeliat di ranjangnya. Ia meracau tak jelas saat suara bising ponsel mengganggu tidurnya. Gadis itu meraih nakas untuk mengambil ponselnya. Tapi saat ponsel itu ada di tangannya ternyata tak ada panggilan. Key mendengkus, kemudian ia bangun dengan posisi setengah duduk di ranjangnya.
Key mengedarkan pandangannya melihat dimana ponsel yang masih saja berbunyi itu. Pandangannya berhenti pada ponsel yang tergeletak di balkon kamarnya. Sepertinya itu adalah ponsel Dion karena sebelumnya pria itu yang bersamanya tadi.
Tanpa menunggu lama Key bangkit dari ranjangnya dan menerima panggilan dari Rio itu.
"Lo lagi dimana njir?"
Key ingin membuka suaranya tapi Rio sama sekali tak membiarkannya bicara.
"Lo jemput si Fe ke club. Tu anak makin gila aja karna diputusin. Gue barusan di telpon sama bartendernya. Katanya si Fe udah gak sadar lagi disana. Cepetan njir, gue lagi di bengkel. Motor gue bocor."
Key memutuskan panggilan itu dan dengan cepat ia keluar dari rumahnya dan memesan taksi. Setelah beberapa lama akhirnya taksi yang ia pesan datang. Kemudian ia mengirim chat pada Rio untuk menanyakan alamat Club itu melalui ponsel Dion. Setelah mendapatkannya Key masuk ke taksi dan menyebutkan alamat yang dikirim Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings (End)
Teen FictionKey tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Jadi, saat ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, semua usaha ia lakukan untuk mendapatkan pria yang membuatnya jatuh cinta itu. Tapi, semua tak semulus yang ia kira.