9. Helen Decision

1.5K 118 0
                                    

Sudah 1 minggu ini Helen bersekolah di Dream Highschool dan sudah 1 minggu ini juga Helen menghindar dari Asher dan juga ke 4 temannya.
Sejak Helen tau siapa mereka yg sebenarnya, dia mulai berjaga jarak dengan mereka.

Sudah seminggu pula orang tuanya sering datang mengunjungi Helen dan juga kakaknya. Sebagai seorang Dewa yg punya banyak tugas, tapi kedua orang tua mereka selalu meluangkan waktu untuk datang melihat Helen dan juga kakaknya.

Pagi tadi juga mereka sarapan bersama. Dan dalam sarapan mereka itu, Ayah Helen mengatakan sesuatu yg sampai sekarang masih terngiang di dalam kepala Helen.

*Flashback

Sarapan pagi kali ini disiapkan khusus oleh Ibu Helen. Helen yg awalnya berencana untuk membuatkan sarapan untuknya dan kakaknya diurungkannya karena melihat dimeja makan sudah tersedia makanan. Helen berpikir kakaknya yg telah menyiapkannya. Tapi, saat melihat Ibunya yg sedang bergulat didapur pikiran Helen langsung berpikir kalau bukan kakaknya yg membuatkan sarapan kali ini.

"Ibu,," Helen pun menghampiri Ibunya yg sedang menuangkan sup kedalam sebuah baskom.

Ibunya pun menoleh saat selesai menuangkan sup, "Helen, kau sudah bangun?"

"Hmm, seperti yg Ibu lihat. Apa Ibu sudah dari tadi datang?"

"Iya, sayang"

"Kenapa tidak membangunkan ku, Bu?"

"Ibu tidak ingin mengganggu tidurmu, sayang. Sudah. Panggilkan kakakmu dan kita sarapan bersama. Sebentar lagi Ayah kalian akan datang,,"

Helen hanya mengangguk lalu pergi menuju kamar kakaknya.

Setelah semua telah ada, mereka pun memulai sarapan mereka dengan sedikit berbincang. Teringat akan sesuatu, Dewa Hades bertanya pada Helen

"Helen, bagaimana hubungan mu dengan Pangeran Ash?"

"Ayah,,"

"Helen, kau adalah gadis yg sudah ditakdirkan untuk bersama dengan Pangeran Ash. Kau harus segera membuat keputusan. Sebentar lagi Pangeran Ash akan dinobatkan sebagai Lord dan saat itulah, Pangeran Ash akan mengenalkan mu pada seluruh klan. Jangan menunda lagi, Helen. Ayah tidak ingin ada yg menyakitimu karena kami tidak selalu bersamamu dan hanya Pangeran Ash saja yg dapat merasakan apakah kau berada dalam bahaya atau tidak!"

Setelah mendengarkan penjelasan Ayahnya, Helen langsung pamit kepada kedua orang tuanya dan juga kakaknya.

*

"Akh, ini semakin rumit saja. Kenapa harus aku? Kenapa tidak yg lain saja?"

Masih terngiang dikepala Helen mengenai perkataan Ayahnya saat sarapan tadi pagi. Masih sibuk dengan pikirannya, Helen tidak sadar jika Ash sedari tadi mengikutinya dari belakang. Sedari tadi, Helen tidak fokus dalam berjalan makanya dia sering menabrak orang-orang yg berjalan di koridor sekolah.

Ash yg sedari tadi hanya memperhatikannya dari belakang, akhirnya memutuskan untuk menghampirinya. Tentu saja Helen tidak menyadari kehadiran Ash disampingnya. Sampai Ash menghentikan langkahnya barulah kesadaran Helen kembali yg sedari tadi hanya memikirkan perkataan Ayahnya.

"Apa yg kau pikirkan, hah?"

Helen terkejut saat melihat Ash ditambah lagi dengan nada suara Ash yg seperti memarahinya. Detak jantung Helen berdetak tidak karuan. Helen berusaha menetralkan jantungnya sebelum menjawab pertanyaan Ash. Kali ini, tidak ada lagi yg harus Helen hindari.

"Aku tidak memikirkan apapun!?" ucap Helen ketus sambil mengalihkan pandangannya dari Ash

"Jangan bohong, Helen! Bagaimana jika kau pingsan lagi? Aku tidak ingin terjadi sesuatu lagi padamu, Helen!"

Perkataan Ash sukses membuat jantung Helen semakin berdetak dengan kencang. Jika saja ada lomba detakan jantung tercepat, mungkin Helen akan menjadi pemenangnya.

"Helen, apa kau mendengarku?!"

"Ah ya, a-aku mendengarmu"

Ash menatap Helen lekat. Yg ditatap pun hanya mengalihkan pandangannya

Ah, ada apa dengan jantungku? Kenapa tidak bisa diam sih!

Helen pun berlalu dari hadapan Ash. Jika terus berlama-lama di dekat Ash, bisa-bisa Helen akan mendapatkan penyakit serangan jantung. Akhirnya Helen pergi kekelasnya dan memilih duduk sambil membaca buku walaupun jantungnya masih berdegup kencang.

Aurelia, Rosabella, Chaster dan juga Devian hanya menatap aneh pada tingkah laku Helen kali ini. Pikiran mereka masih bingung sampai saat Ash masuk dan mengatakan jika Helen tidak apa-apa. Seakan tau maksudnya, mereka berempat hanya mengangguk.

~~~

Saat ini, Helen tengah duduk dibawah pohon yg ada ditaman sekolah. Dan ini sudah menjadi tempat favorit Helen. Karena tempat itu sangat cocok dengan Helen untuk menenangkan dirinya.

Baru saja dia akan membuka bungkusan roti yg dibelinya tadi di kantin, tiba-tiba seseorang datang dan duduk disampingnya. Tanpa perlu dilihat, Helen tau siapa yg duduk disampingnya itu.

"Apa yg kau lakukan disini, Ash?"

Ya. Orang yg duduk disampingnya itu adalah Ash orang yg membuat jantungnya seakan mau copot dari tempatnya.

"Hanya ingin disini saja"

Teringat akan perkataan Ayahnya, Helen pun bertanya. Tapi belum sempat dia mengeluarkan suara, Ash terlebih dahulu bertanya padanya.

"Apa kau sudah tau alasan kau menjadi gadis yg aku cari selama ini?"

Pertanyaan yg nyaris atau hampir sama dengan apa yg akan ditanyakan Helen.

"Yeah, aku sudah mengetahuinya, dari Ayahku!" ucap Helen

Ash menatap Helen sekilas lalu kembali menatap kedepan sambil bersandar di pohon.

"Jadi, bagaimana?"

Helen menatap Ash, lalu mulai menjawab
"Aku masih tidak yakin, Ash. Aku masih berpikir mengapa aku dan bukan orang lain saja"

Ash kembali menatap Helen dengan tatapan yg sulit diartikan.

"Karena hanya kau yg bisa bersamaku, Helen. Kau sudah ditakdirkan untuk bersama denganku. Aku selalu percaya, takdir tidak pernah salah!"

Helen menghembuskan nafas pelan lalu menatap keatas seakan ada sesuatu yg menarik diatas sana.

"Hmm, aku juga percaya pada takdir, Ash. Tapi, aku belum siap, Ash. Kau tau, aku masih harus membiasakan diriku dulu,"

"Kau akan terbiasa nantinya, Helen. Besok lusa adalah hari penobatanku. Aku ingin kau ikut denganku besok. Dan pada saat hari penobatanku, saat itulah aku akan memperkenalkan mu pada seluruh klan!"

Hembusan nafas kembali terdengar, Helen menatap Ash lekat. Ash pun dapat merasakan kekhawatiran Helen. Ash menggenggam tangan Helen dengan erat.

"Tak perlu khawatir,,"

"Hmm, baiklah. Aku akan ikut dengan mu besok. Tapi, kau harus bertemu dulu dengan kakak ku. Tidak masalah kan?"

"Tentu saja tidak,"

Kuharap, ini keputusan yg terbaik

*Tbc
Woahwoah,, ini semakin menarik gaess
Kirim komentar kalian tentang part yg satu ini ya gaess😉
Dan, jangan lupa juga buat di voment, karena satu vote itu sangat berharga buatku
Dan thankyou banget yg udah mau memberikan votenya,,

Terus support aku ya readersku tersayangg💕

My Queen (Is a God's Daughter) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang