PROLOG

4.7K 250 1
                                    

Setelah fakum setahun lamanya, akhirnya saya menulis kembali.

Tulisan ini mulai saya rangkai pada 01 Juni 2019, dini hari di Bandara Soekarno Hatta. Terinspirasi entah darimana, kala itu sembari menunggu penerbangan menuju Banjarmasin, kisah ini mulai saya buat.

Terima kasih kepada para pembaca setia yang sudah menanti. Semoga kalian menyukai kisah yang satu ini.

Selamat membaca.

* * *

"Kamu tau Ndra, Friedrich Nietzsche pernah bilang 'Nicht der Mangel der Liebe, sondern der Mangel der Freundschaft macht die unglücklichen Ehen.'" Ucap Auriga dengan mata hitam legam bak jelaganya yang memandang penuh kepercayaan diri pada Khandra.

Wanita dihadapannya itu balik menatap kepada sang pria.

Keduanya saling tatap, untuk beberapa detik, dalam keheningan yang menentramkan satu sama lain.

"Bukan karena kurangnya cinta, tapi kurangnya persahabatan yang membuat pernikahan tidak bahagia." Khandra membalas.

"Ya."

Senyum merekah di wajah Khandra. Ia tau kemampuan berbahasa asingnya tidak terlalu buruk. Meskipun ia tidak secerdas Auriga yang mampu menguasai tujuh bahasa dengan fasih, toh ia berhasil menerjemahkan dengan sempurna kalimat yang diucapkan Auriga dalam Bahasa Jerman tersebut.

"Tapi aku nggak pernah mengerti, kenapa kamu harus menerima pernikahan semacam ini?" Wajah Khandra menampilkan ketidaksetujuan yang sangat jelas.

Auriga menggeleng kecil.. Bersikap seolah ketidaksetujuan Khandra malah suatu kesalahan.

"Lihat orang tua kita, kakek dan nenek kita. Om dan Tante kita... Pernikahan mereka baik-baik saja kan? Bukan hanya cinta yang membuat suatu hubungan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Karena pernikahan itu bukan hanya soal cinta. Ada yang lebih penting dari sekadar cinta. It’s all about faith, teamwork, and commitment. Aku tahu cinta itu penting, tapi nggak ada yang tahu bentuk cinta itu sendiri tanpa tiga hal itu."

"Jadi kamu yakin untuk pernikahan ini?"

"Tentu saja. Apa ada yang lebih meyakinkan daripada menikah dengan seseorang yang sudah kau kenal seumur hidupmu?"

"No... Nothing."

* * *

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang