Selamat Hari Raya Idul Adha 1440 H....!!! Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin
* * *
Khandra sudah membayangkan pagi ini akan bangun dan menyiapkan sarapan untuk Auriga, mengantarkannya sampai ke pintu depan untuk bekerja.
Maka pagi sekali ia sudah bangun untuk bersiap-siap menjalankan misinya tersebut. Namun apa yang direncanakan, belum tentu itulah yang akan terlaksana.
"Auriga sudah pergi bekerja subuh tadi, Sayang." Jelas Ibu Mertuanya sembari membalik piring makan. "Bunda minta koki membuatkan bubur seafood pagi ini. Bunda tau kalau itu kesukaanmu."
"Terima kasih, Bunda." Jawab Khandra. Ini memang agak asing, memanggil Bunda kepada seorang wanita yang seumur hidupmu sudah kau panggil dengan Tante adalah hal yang benar-benar baru bagi Khandra.
"Duduklah Khandra. Kau harus makan yang banyak. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan akan kehilangan Papimu."
"Tapi semuanya terlalu tiba-tiba, Bund."
"Bunda mengerti, nak. Semua sangat mendadak bagimu. But life must go on... Kau boleh merasa kehilangan hari ini dan dihari kemarin, tetapi esok hari saat kau terbangun, semangatmu harus lebih lagi."
"Baik, Bunda."
"Nah... Sekarang makanlah buburmu. Hari ini kau berencana kemana?"
"Mengunjungi makam kedua orang tuaku."
"Pak Saat akan mengantarmu."
Khandra mengangguk.
Keluarga Sangaji dan keluarga Izora sudah berteman sejak generasi ke generasi. Sama juga seperti keluarga Sangaji berteman dengan keluarga Regar, Keluarga Izora pun berteman dengan baik.
Tidak seperti kehidupan Teddy Regar yang menyedihkan, kehidupan Khandra baik-baik saja. Ia kehilangan Ibunya di usia sembilan tahun, namun kasih sayang Ayahnya tak pernah berkurang baginya.
Itulah kenapa, kehilangan sang Papi membuat hidup Khandra serasa runtuh. Dunianya seperti terjungkir balik dan hancur seketika. Ia anak tunggal, kedua orang tuanya anak tunggal, tidak ada siapapun.
Maka kini hanya kepada Aurigalah ia mampu berpegangan.
Tetapi apakah ia bisa mempercayakan hidupnya pada Auriga?
Sejak kecil Auriga berbeda dengan anak keluarga Sangaji yang lain.
Pria itu condong pendiam, sangat pendiam bahkan untuk rata-rata orang dengan kepribadian yang sama.
Berbicara hanya seperlunya. Tersenyum pun ala kadarnya.
Ia juga tidak berambisi. Seperti beberapa tahun yang lalu, ketika keadaan keluarga Sangaji sedang kacau balau karena kecelakaan yang menimpa Orion, bukannya mengambil alih tanggung jawab sebagai pewaris utama selanjutnya, Auriga malah pergi dan menghilang dari rumah.
Sejujurnya pria itu baru saja kembali beberapa bulan terakhir ini.
Tiba-tiba ia pulang. Khandra bahkan tidak sempat menanyakan padanya alasan kepulangan pria itu apa dan kenapa.
"Auriga sibuk sekali ya, Bun?" Tanya Khandra mencoba membuka pembicaraan.
"Iya... Ayahnya memberikan ia beberapa tanggung jawab. Kau taulah bagaimana anak itu. Hilang selama hampir dua tahun, untungnya ia mau kembali dan mengambil bagian dalam urusan Perusahaan."
"Bunda tau selama hampir dua tahun ini apa yang Auriga lakukan?"
"Tentu saja Bunda tau. Tidak ada yang benar-benar penting dalam pandangan Bunda. Hanya saja ia tampak menikmati hidupnya yang seperti itu. Berpetualang, kesana kemari seantero Indonesia. Mencoba mencari nafkah dengan kemampuannya sendiri, tanpa embel-embel dan nama besar keluarga Sangaji di belakang namanya. Setidaknya Bunda bangga ia pernah mencoba melakukan itu semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. Sangaji
Romance{COMPLITED} #10 dalam Ketegori Kisah Romantis #18 dalam Kategori Comedy Romantic #20 dalam Kategori Terbaik 😍🥰😘 Thank you gaaaessss.... 🍁🍁🍁 Kisah ini adalah tentang Khandra Izora yang cantik, anggun dan sempurna ; dan Auriga Sangaji yang begit...