PART 56

1.9K 102 7
                                    

"After suffering all this time... " Auriga menangkup wajah Khandra dengan kedua tangannya. "Finally."

Mereka seperti sudah seabad lamanya tidak berjumpa. Kala kedua mata itu saling menatap, keheningan langsung menyelubungi mereka.

Keduanya berbicara dari sorot mata masing-masing, dan seolah mengerti, Orion serta Teddy langsung menyingkir dari tempat itu. Memberikan keduanya ruang untuk dapat berbicara dari hati ke hati.

Mereka juga entah bagaimana, dalam sekejap mata, mampu mengosongkan area dance floor dengan segera. Ketika uang berbicara... Maka segalanya menjadi mudah. Itu prinsip Teddy.

"Maafkan aku, maaf karena selama dua bulan ini aku tidak mengabarimu satu apapun." Ucap Khandra kepada Auriga.

"Itu tidak lagi menjadi sesuatu yang penting." Auriga menjawab. "Aku tau sangat susah membuatmu percaya. Tetapi kalau aku masih punya kesempatan, Ndra... Aku ingin memulai segalanya bersamamu lagi. Kalau kamu masih membutuhkan lebih banyak waktu untuk percaya dan memupuk keberanian untuk memulai semuanya lagi bersamaku, silahkan ambil sebanyak apapun waktu yang kamu butuhkan.

"Aku akan menunggu. Dan jangan pernah memintaku untuk pergi darimu, Ndra. Meskipun aku sudah berkali-kali memintamu pergi dariku. Sekali ini, biarkan aku bertahan disisimu untuk sisa waktu yang kita berdua miliki. Di hari ini, dan selamanya."

"Keputusan ini kubuat dengan terlalu tiba-tiba... Melihatmu dalam dekapan wanita lain. Sialan Teddy. Ia mempermainkanku!! Kau membuatku hampir pingsan." Khanda berucap polos.

Auriga terkekeh geli.

Khandra mencintai lelaki brengsek ini. Ia merindukan lelaki ini, teramat sangat, lebih besar dari rasa sakit yang diterimanya. Ia menginginkan lelaki ini melebihi akal sehatnya. Khandra tidak dapat membohongi perasaannya, sekalipun ia harus meruntuhkan egonya sendiri, ia akan tetap mencintai Auriga dengan segenap jiwanya.

"Kamu dan segala tingkahmu yang menggemaskan... Sejak kapan kau tiba? Mengapa kau tidak mengabarkannya kepadaku? Mengapa kau ada disini? Ceritakan.. Katakan semua padaku." Paksa Auriga kepada Khandra.

"Aku baru saja tiba dari perjalananku yang terakhir jam tujuh tadi. Teddy si Brengsek Regar itu," Khandra meminjam panggilan khas Lyra kepada Teddy. "Mengirimiku pesan dan mengatakan bahwa kau telah berpaling lagi dariku. Aku hampir mengamuk dan membakar kantormu ketika akhirnya aku melihatmu baru keluar dari ruang kerjamu pukul setengah sepuluh malam.

"Kau terlihat lelah. Dan sangat depresi. Diam-diam aku mengikutimu. Membuntutimu dan memperhatikan semuanya dari kejauhan. Aku tau apa yang Teddy lakukan, membuatmu bersentuhan dengan perempuan itu. Demi Tuhan, aku tidak bisa menahan diriku lebih lama.

"Ingin kuraih tangan wanita itu dan mematahkannya agar tidak menyentuhmu."

Auriga tertawa.

"Maafkan aku, Ndra." Auriga mengatakannya dengan tulus. Sorot matanya menunjukan keseriusan itu. "Untuk semua hal yang telah aku lakukan padamu, aku tau maaf saja tidak cukup. Aku tau aku tidak akan pernah layak juga mendapatkan maaf itu. Aku akan menebus semua dosaku padamu. Dengan cara apapun... Ku mohon kembalilah bersamaku, Ndra. Dan kita mulai lagi semuanya dari awal. Kali ini, aku tidak akan pernah membuatmu menyesal telah memilihku."

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Khandra. Membuat Auriga lebih memilih diberikan setumpuk pekerjaan kantoran ketimbang harus menyaksikan air mata itu luruh di kedua pipi Khandra. Khandra membiarkan tetes air mata itu membasahi kedua pipinya, namun Auriga langsung menghapus dengan jarinya.

"Khandra..," Auriga meraih kepala Khanda dan menyerukkan ke dadanya. "Jangan menangis. Kau terlihat sangat jelek ketika menangis."

"Kau menyebalkan!!"

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang