Khandra memandang sekelilingnya dengan seksama.
Ini kamar tidur Auriga.
Kamar tidur dengan dominasi warna hitam dengan perabotan berbahan dasar kayu jati dan bantal-bantal berwarna abu-abu.
Dari arah pintu masuk terdapat sebuah ruangan yang luas dengan berbagai macam alat fotografi terpajang di sepanjang rak yang tertam di dalam dinding, sebuah tv layar datar dan sofa abu yang di alasi karpet berwarna senada.
Lebih masuk ke tengah ada kasur besar yang membelakangi ruangan tersebut. Menghadap langsung ke arah jendela kaca besar yang menampilakan pemandangan halaman belakang rumah yang hijau dan asri.
Di sisi kiri tempat tidur, terdapat rak buku yang menyimpan ratusan koleksi. Di sisi lainnya ada sebuah pintu geser berbahan dasar kayu yang mengarah ke kamar mandi.
Masih senada, kamar mandi di dalamnya memberi kesan natural yang jelas. Ada bebatuan yang disebar merata di sekitar bath tub, kemudian dihiasi oleh tanaman hijau pada sudut-sudut ruangan, serta tepat membelakangi bath tub, terdapat shower yang mengalir dari langit-langit ruangan yang sengaja di buat bolong.
Dibagian lain kamar mandi itu ada sebuah pintu penghubung lagi. Sebuah closet besar yang menyimpan banyak sekali pakaian di dalamnya. Khandra bahkan mendapati bahwa setengah dari closet itu kini telah terisi pakaian wanita. Masih dalam label harga dan kondisi baru.
Ia tau jika itu semua disediakan untuk dirinya.
Gadis itu menghela nafas sekali.
Membayangkan bahwa tahun-tahun yang lalu, ia bahkan tidak pernah bermimpi akan berbagi kamar ini dengan Auriga.
Namun nyatanya sekarang, ada sentuhan dirinya yang mulai mengekspansi kamar tidur bergaya maskulin ini. Ada kesan feminim, yang cepat atau lambat akan segera mengisi sudut-sudut kamar ini.
Perasaan itu tiba-tiba masuk dan menyusup ke dalam hati Khandra. Lagi-lagi seperti de javu.
"Khandra.." Suara bass Auriga menyadarkan Khandra dari pikirannya yang mengembara seolah secara masif kenangan-kenangan menyusup ke dalam ingatannya.
"Ya?" Jawabnya reflek.
"Kau sudah selesai membersihkan diri?" Auriga berjalan menghampiri Khandra yang terduduk di atas kasur menghadap jendela kaca.
"Sudah." Khandra menoleh. Mendapati Auriga berdiri dengan nyaman di ambang pintu masuk.
"Kenapa aku tidur di kamar ini?" Tanya Khandra dengan bingung. "Bukankah kamar tamu di rumah ini sangat banyak? Dan kenapa harus di kamarmu?"
Auriga terdiam. Tidak tau harus menjawab apa.
"Bunda yang suruh." Ia berkhilah. "Mungkin karena aku juga jarang menempati kamar ini."
"Memangnya selama ini kau tidur dimana?"
"Di Hotel." Ia berucap jujur. Dan kemudian menyadari rasa bersalah menyusup ke dalam hatinya. Auriga memang lebih sering tinggal di Hotel ketimbang di rumah ini, dan ia sering kali meninggalkan Khandra dalam malam-malam yang sepi.
"Oh begitu." Khandra akhirnya mengerti. "Baiklah."
"Kau mau makan siang sekarang?"
"Nanti saja. Aku masih mau beristirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. Sangaji
Romance{COMPLITED} #10 dalam Ketegori Kisah Romantis #18 dalam Kategori Comedy Romantic #20 dalam Kategori Terbaik 😍🥰😘 Thank you gaaaessss.... 🍁🍁🍁 Kisah ini adalah tentang Khandra Izora yang cantik, anggun dan sempurna ; dan Auriga Sangaji yang begit...