PART 1

3K 179 4
                                    

Soon... I will marry my childhood friend.

* * *

Oh... Aku bersumpah demi apapun, kalau saja aku memiliki pilihan yang lebih baik, tentu aku tidak akan pernah mengambil keputusan ini sebagai jalan hidupku.

"Khandra... The day you were born was so special. We held you in our arms. We vowed we will always protect you and never let you come to harm. And even though you will be married today, we will protect you from a far."

Tangisan Khandra pecah seketika, wajahnya yang sembab bersimbah air mata nampak memerah dan penuh kesedihan. Ayahnya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit menepuk tangannya perlahan, sangat perlahan. Seolah ia sudah tidak memiliki satu kekuatan apapun lagi yang tersisa. Senyuman mengembang di wajahnya, lebih seperti sebuah usaha diakhir sisa tenaga. Tetapi ada ketenangan dan kesyukuran yang jelas disana.

Matanya, cara ia memandang putri semata wayangnya itu akan membuat siapapun ikut haru dan mengucurkan air mata.

Cahaya kehidupan sudah hilang dari kedua bola mata itu.

Ia berpaling kepada pria yang berdiri di sisi lain ranjangnya yang dingin dan menyedihkan. Sekali lagi memaksakan senyum dalam sorot mata yang sarat akan makna.

"I was worried my daughter would never find a good, caring man. But then I know it was you. I could not ask for anymore. Auriga, please take care of my little Princess.. She was special, as did you know."

"Om..." Suara Auriga yang lembut mengudara. "Saya akan menjaga Khandra. Memberikan segala hal yang terbaik yang bisa saya lakukan untuknya. Om tidak usah terlalu banyak berpikir, istirahatlah. Kita perlu memulihkan kesehatan, Om."

"Aku tau ini hanya masalah waktu Auriga. Dan waktuku sudah akan tiba pada penghujungnya. Tetapi sekarang aku bisa pergi dengan tenang, karena kau sudah berjanji untuk menjaga putriku."

"Papi..." Suara Khandra dalam sesenggukkannya. "Sudahlah Papi, istirahatlah. Papi pasti akan sehat kembali. Aku yakin, kami semua yakin. Jangan mengucapkan perpisahan. Sebab aku tidak ingin mendengarnya, Pi."

"Khandra.."

"I beg you. Please... Please don't say good bye. Please... Please, Papi. Please.... Please..  Please..."

"Baiklah, Putriku sayang. Jangan menangis. Tangisanmu membuat hatiku tersayat dan terasa pedih. Aku akan istirahat sebentar, bangunkan aku ketika akadmu akan dilakukan. Aku ingin melihat kalian menikah."

"Iya, Pi. Istirahatlah sebentar, nanti aku akan membangunkan Papi untuk melihat pernikahan kami." Khandra mengecup kedua pipi Ayahnya. Ia memperhatikan pria itu menutup matanya dengan perlahan.

Setelah yakin bahwa Ayahnya akan beristirahat, Khandra berpaling kepada Auriga. Ia mengangguk kecil dan memberi tanda bagi pria itu untuk keluar dari ruang rawat inap bersamanya.

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu." Bisik Khandra.

"Akupun demikian." Balas Auriga.

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang