PART 44

1.2K 104 18
                                    

Aku update lagiii.... 🤣✌
Nggak tau kenapa, lagi lancar ide. Dan pengen update. Enjoy it!!!

* * *

"Tentu saja aku bisa mencintaimu, Khandra." Ujar Auriga yakin. "Jika memang cinta seperti itu yang kau harapkan, aku bisa mencintaimu. Cinta dalam kesemuan... Dan segala kebohongan yang tercipta hanya untuk mempertahankan rumah tangga kita. Begitu kan yang kau inginkan pada waktu itu?"

Air mata terus mengalir dari kedua bola mata indah milik Khandra. Dan ia tetap berusaha untuk menghapus air mata itu.

Bahkan hingga kini, rasanya tetap saja sakit.

"You are so cruel!!!"

"Aku tidak tau cara mencintai, Ndra." Auriga mengakui. "Aku tidak tau bagaimana cara membalas perasaanmu. Selama ini aku selalu berpikir "don't invest too much" pada sebuah hubungan. Karena seharusnya hubungan itu harus seimbang.  Lima puluh berbanding lima puluh atas usaha, waktu dan kebahagiaan yang diberikan. Tetapi nyatanya, cintamu kepadaku sungguh berat sebelah. Disatu sisi kau sangat mencintaiku, sedangkan pada sisiku sendiri, aku mencintai orang lain. Bagaimana mungkin aku bisa bersikap setidak adil ini padamu?

"Aku menghargai mu Khandra... Menghargai hati dan perasaanmu lebih dari hubungan kita. Sejak awal aku sudah mengatakan kepadamu bahwa kapanpun kau menginginkannya, aku akan memberikan perceraian bagimu. Itu semua karena aku menghargai kebahagiaanmu di atas segalanya."

"Lalu kenapa kalau kau menghargaiku kau malah pergi mengejar wanita itu?"

"Untuk sesaat aku menjadi gila dan bodoh karena begitu takut kehilangannya. Padahal aku memang tidak pernah memilikinya sejak awal. Aku yang terlalu terbawa suasana.. Aku tau aku salah." Wajah sendu Auriga mengisi seluruh pandangan Khandra.

Dan ia merasa hatinya begitu sakit. Remuk.

Khandra menghela nafasnya berat. Ia merasa sedikit sakit kepala karena terlalu banyak menangis.

Auriga mendekatinya. Menarik Khandra untuk duduk di kursi. Mau tidak mau, Khandra menurutinya karena rasa pusing dikepalanya telah membuat ia kehilangan energi.

"Apa yang membuatmu mencintai Anindiya dan tidak mencintaiku?" Khandra tidak tau mengapa ia mempertanyakan hal ini. Semua terlontar begitu saja dari ujung bibirnya.

"Begini, Ndra, jika kau tidak keberatan... Izinkan aku menceritakan sedikit tentangku dan Anindiya agar kau mengerti."

Khandra tidak menjawab.

Auriga menganggap itu sebagai suatu persetujuan.

"Aku dan Anindiya memiliki kesamaan visi dan sudut pandang akan dunia ini. Selain itu kami memiliki kesamaan hobi..."

Khandra tau ia akan tersakiti dengan pengakuan Auriga ini, tetapi nyatanya malah lebih sakit dari yang dibayangkannya.

".... Kami sering bertemu untuk berpetualang atau kegiatan sosial bersama. Bersamanya aku menemukan impian dan semangatku semakin menggelora, melambungkanku tinggi dengan harapan dan perjuangan. Ia seperti mengerti tentang bagaimana hidup yang aku inginkan, dan ia menghargai hal itu.

"Bagiku Anindiya adalah rekan seperjuangan dan seperjalanan yang baik. Sampai ketika ia menyatakan perasaannya padaku, aku masih juga tidak bisa menyelami perasaanku sendiri padanya. Banyak pertimbangan... Seperti kondisiku yang memang tidak untuk menjalin hubungan pada saat itu, karena aku sedang mencari jati diriku sendiri, juga dalam kondisi pergi dari rumah.

"Bukan pilihan bijak jika aku menerima perasaannya kala itu. Dan bodohnya aku, aku malah mendekatkan Anindiya dengan Rangga. Itu kesalahan yang terlambat kusadari. Lambat laun mereka menjalin hubungan, dan aku menjauh karena kutau, tidak pantas diriku bersama Anindiya setelah semua hal yang kulakukan. Lalu kemudian, dua tahun berlalu... Dihari yang tidak pernah memberikan tanda-tanda apapun, Ayahmu datang dan memintaku untuk menikah denganmu.

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang