PART 11

966 80 6
                                    

"Apa sih yang ada di dalam fikiranmu?" Ujar Aries Sangaji geram terhadap Putranya. "Apalagi yang kau tunggu?" Ia nampak sangat kesal dan telah habis kesabarannya.

Auriga tidak menjawab. Ia hanya menatap kepada Ayahnya dengan sorot mata hitamnya yang tenang. Ada tanda lelah di wajahnya, nampak banyak pikiran yang menggelayut di benaknya.

"Urus pernikahanmu dan Khandra secara hukum...!" Hardik Ayahnya kesal.

"Aku tidak bisa." Jawab Auriga pelan.

"Apa alasanmu?"

"Aku juga tidak bisa mengatakannya kepada Ayah."

"Jangan macam-macam Riga!" Ancam Ayahnya berang.

"Aku sudah menyetujui pernikahan ini, aku sudah kembali untuk bertanggung jawab terhadap sesuatu yang bukan kesalahanku. Aku sudah berkomitmen banyak, biar sisanya ku urus sendiri."

Aries Sangaji terdiam. Ia tau Auriga telah berkorban banyak, tetapi ia juga merasa sedih dengan kenyataan bahwa pernikahan Putranya dan anak sahabatnya itu belum tercatat secara hukum.

"Ayah boleh membuat persyaratan apapun terkait harta dan pembiayaan Khandra, aku akan menyetujuinya. Tapi untuk pernikahan kami, biar kami saja yang mengurusinya. Dan kuharap Ayah menghargai keputusanku ini dengan tidak ikut campur. I beg you."

"Aku tidak mengerti dengan jalan fikiranmu Auriga."

"Ayah tidak akan pernah mengerti."

"Kau sinting."

Auriga hanya terdiam.

Iya... Mungkin aku memang gila, Yah.

* * *

Auriga merebahkan dirinya di atas kasur tidurnya yang nyaman dan empuk. Ia memandang langit-langit kamarnya yang berukir gypsum indah.

Mereka tidak akan pernah mengerti dengan dirinya. Pun Khandra pasti tidak akan mengerti dengan jalan fikirannya.

Demi melindungi gadis itu, Auriga telah memutuskan untuk menikah. Namun ia tidak ingin menjalani pernikahan bisnis yang dianggapnya hanya akan menyengsarakan Khandra. Itu kenapa ia ingin memastikan bahwa Khandra akan selalu bahagia dengan cara apapun.

"Kapan pun kau menemukan lelaki lain yang membuatmu bahagia, aku akan melepaskanmu." Gumamnya pelan seraya memandang ke sisi kanan tempat tidurnya. Dimana sahabat masa kecilnya itu sedang tertidur dengan lelap.

Auriga memandang punggung Khandra yang terlihat ringkih olehnya.

Ia mengulurkan tangannya kearah gadis itu. Dan menyentuh punggung gadis itu perlahan. Ia membelainya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Kau tau kalau dirimu sangat berharga bagiku, Ndra," Bisik lelaki itu perlahan.

Tanpa disadarinya, Khandra sesungguhnya tidak tidur. Ia membuka matanya dan genangan air mata mulai mengumpul di kedua bola matanya yang indah.

"Aku akan memberikan apapun untuk membuatmu bahagia." Lanjut Auriga. "Kecuali cinta. Maka apapun caranya, akan ku jamin ketika kau menemukan the right one, I'll let you go."

Kau bodoh Auriga. Bisik Khandra di dalam hatinya. Aku mencintaimu. Tidakkah kau menyadari itu?

"Kau ingat saat kita kecil," Auriga mulai mengenang masa lalunya. Ada sebersit kenangannya dan Khandra yang menyusup di dalam hatinya. "Kita sering menghabiskan waktu bersama. Kau yang begitu ceria dan bersemangat, tidak pernah sekalipun merasa lelah denganku yang pendiam dan membosankan."

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang