PART 46

1.2K 94 10
                                    

Auriga sudah mendengar berita itu. Berita bahwa Khandra dan Pratama sudah resmi menjalin kasih dan mereka benar-benar serius membawa hubungan tersebut ke jenjang yang lebih tinggi

Awalnya ia tau dari Lyra bahwa mantan istrinya itu sedang dalam tahap saling mengenal.

Namun sekarang, melihat keduanya datang ke rumah besar ini, dan Khandra memperkenalkan laki-laki itu secara resmi sebagai calon suaminya membuat Auriga sangat yakin dengan apa yang di dengarnya tempo hari.

"Rupanya satu tahun cukup membuatmu melupakanku." Gumam Auriga sembari menatap Khandra dari ujung ruangan.

Fortuna dan Devi Sangaji bersikap bijak dengan menerima keputusan Khandra. Meskipun mereka sangat ingin agar Khandra dan Auriga rujuk, namun sebagai seorang Ibu, Auriga tau bahwa keduanya akan selalu mendoakan Khandra dengan tulus dan apa adanya.

Teddy berjalan mendekat, ia berdiri di tengah ruangan. "Karena saat ini ada dua pasangan baru, aku dan Lyra. Juga Khandra dan Pratama, bagaimana kalau yang muda-muda keluar untuk merayakannya?" Seru pria itu dengan bersemangat.

"Aku tidak bisa." Saggita menjawab cepat. "Aku sepertinya harus lebih banyak beristirahat karena kandunganku masih awal."

"Kalau begitu aku menemani Saggita." Potong Orion.

"Kalian tidak menyenangkan!" Sungut Teddy yang membuat Lyra memukul bahu pria itu.

"Tidak usah mengadakan pesta atau hang out ke club. Kau mau membuat semua orang mabuk?" Protes Lyra kepada calon suaminya itu. "Lagi pula, kau tidak kasihan dengan Kakakku? Jika semua orang memiliki pasangan, lantas ia bersama siapa?"

Mendengar pertanyaan Lyra, Auriga tertawa. "Jangan pikirkan aku. Aku tidak akan terganggu meskipun kalian semua telah berpasangan."

Ia berbohong.

Ia sangat merasa terganggu dengan kenyataan bahwa Khandra bersama Pratama saat ini. Sesuatu seperti pisau merobek uluh hatinya.

"Aku juga sepertinya tidak akan ikut." Auriga menjelaskan. "Hari ini ulang tahun Anindiya."

Wajah Khandra mengeras. Ia membuang muka mengalihkan pandangan ke sisi lain agar tidak melihat kearah Auriga.

Lagi-lagi Auriga berbohong. Ia merutuki dirinya sendiri yang semakin sering mengucapkan kebohongan. Dasar pengecut!

"Bukankah seharusnya kau tidak ada hubungannya dengan ulang tahun Anindiya?" Pratama yang menyuarakan isi hati Khandra.

"Well... Sebenarnya tidak, jika saja keinginan Ibu Hamil sepertinya sedikit normal." Jawab Auriga sekenanya. "Anindiya ingin merayakan ulang tahunnya bersama aku dan Rangga. Sedikit memalukan memang. Menyandingkan mantan gebetan dengan suaminya." Auriga tertawa canggung.

Bersama dengan itu, Khandra berlalu menuju halaman samping, untuk menghirup udara dalam-dalam.

Pratama mengambil kesempatan itu untuk berbicara dengan Auriga, ia mendekati Auriga.

"Bisa kita bicara berdua?" Tawar pria itu, dan Auriga mengangguk. Ia memberikan tanda dari sudut matanya untuk mereka berpindah ke ruang baca yang ada di sisi lain ruang keluarga tersebut.

Auriga berjalan lebih dahulu, kemudian Pratama mengikutinya dari belakang. Begitu sampai di ruang baca, Pratama yang masuk lebih akhir menutup pintu ruangan itu di belakangnya.

"Aku tidak tau harus mengatakan ini atau tidak kepadamu." Lelaki bermata sipit itu memulai. "Tetapi kuharap kau bisa menerima kalau aku dan Khandra menjalin hubungan. Dan kuharap kau masih mau berteman denganku."

Auriga tersenyum tipis. "Tidak masalah. Aku tidak pernah keberatan dengan apapun yang akan membuat Khandra bahagia."

Lagi-lagi ia berbohong. Auriga sering berbohong akhir-akhir ini. Terutama jika menyangkut Khandra dan perasaannya sendiri.

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang