PART 52

1.3K 89 6
                                    

Auriga memperhatikan Khandra dengan senyuman kecil di wajahnya ketika wanita itu nampak sangat menikmati pemandangan desa Shirakawa yang ada di hadapannya.

Ia merasa seperti remaja usia belasan tahun yang baru pertama kali jatuh cinta.

Hanya dengan melihat segala ekspresi kekaguman Khandra, sudah membuat harinya terasa benar-benar sempurna.

Seharusnya dari dulu saja ia jatuh hati seperti ini kepada Khandra. Kenapa ia harus telat menyadari perasaannya hingga membuat segalanya menjadi rumit?

Kau memang idiot, Riga.

Shirakawa Village adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Desa ini menjadi salah satu warisan yang membuatnya seperti desa yang hanya bisa ditemukan di negeri dongeng. Pesonannya berbeda-beda setiap musim, pemandangannya super indah dan luar biasa.

Di desa ini Khandra masih menemukan rumah-rumah tradisional yang masih mempertahankan bentuk rumah dengan atap berbentuk segitiga sama sisi. Umur rumah di desa inipun sangat tua, bahkan yang tertua berusia mencapai dua ratus lima puluh tahun.

Namun ada beberapa hal yang harus dipatuhi ketika berada di desa ini, seperti peraturan yang melarang memetik bunga sembarangan, membuang sampah sembarangan, dan hanya boleh merokok di area yang telah di tentukan.

Setelah berkeliling desa Shirakawa, di hari kedua ini, Khandra mampir ke beberapa penjaja makanan yang berada di sekitar lokasi wisata. Wajah gembiranya saat mencoba berbagai macam cemilan khas musim semi membuat Auriga terpesona.

Oh shit... Harusnya aku menyadari bahwa ia selalu manis dan cantik dengan semburat merah di pipinya itu.

Khandra memang memiliki proporsi tubuh yang mungil namun berisi. Lekukan dan tonjolan di tubuhnya berada di tempat yang pas. Tubuh mungilnya sangat cocok dengan wajahnya yang imut-imut dan manis bagaikan anak remaja, meski usianya menginjak kepala tiga. Selain itu, kulitnya putih bersih, dengan rambut hitam setengkuk, dan bola mata berwarna kecoklatan yang memancarkan kehangatan.

Gadis itu bertingkah polos dan kekanakan-kanakan. Tetapi ia akan terlihat sangat anggun dalam balutan gaun-gaunnya yang mahal dan berpotongan sesuai lekuk tubuhnya yang sempurna.

Auriga masih mengamati Khandra.

Setelah mencoba Taiyaki dengan isian mochi berwarna pink, Khandra kemudian memesan seporsi Ichigo Dango yang membuatnya merasa bahagia.

Melihat gadis itu makan dengan baik, bukan hanya salad buah dan sayuran, Auriga benar-benar merasa bahagia.

Seharusnya Khandra makan selahap ini. Tidak perlu menjaga berat badannya atau apa. Kenapa sih para wanita itu? Tidak semua laki-laki menyukai wanita yang kurus. Aku suka jika tubuhnya berisi. Ia sama sekali tidak terlihat gendut. Sungguh!

* * *


Ini hari ketiga Khandra berada di Jepang. Dan sudah banyak tempat wisata yang dikunjunginya selama tiga hari ini.

Khandra benar-benar berubah menjadi seorang wisatawan kali ini. Tidak seperti liburannya kebanyakan, ia sama sekali tidak berniat untuk menghabiskan waktu dengan berbelanja. Ia hanya ingin menikmati kehidupan masyarakat lokal, berbaur bersama orang-orang, hidup apa adanya seperti orang kebanyakan.

Dan mempelajari makna kehidupan yang sebenarnya.

Seperti sore ini, Khandra sedang duduk di sebuah bangku taman dan menikmati sore yang indah di tengah padatnya aktifitas masyarakat Tokyo.

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang