PART 32

1.3K 103 13
                                    

02.15 Dini Hari


Pratama sedang bicara dengan Niko ; ajudan sekaligus tangan kanan dan orang kepercayaannya, melalui telepon dan memintanya ke Izora Hotel.

Citra ; sekretaris Pratama yang hadir menemaninya malam ini, menghampiri Khandra dan menjelaskan kepadanya bahwa waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari. Dan ia harus pulang.

Khandra melihat ada gurat kelelahan di wajah gadis itu, seseorang yang baru dikenalnya malam ini sebagai rekan kerja Pratama. Ia merasa kasihan kepada gadis itu karena sikapnya, Citra terpaksa menunda kepulangannya dan menemani ia disini.

"Baiklah." Khandra menjawab. "Mari kita pulang. Tapi, Mas..." Gadis itu berucap kepada Pratama. "Antarkan aku ke rumah orang tuaku. Aku tidak ingin pulang ke rumah keluarga Sangaji malam ini."

"Baiklah... Apapun yang kau inginkan, Ndra." Jawab Pratama. Dan ia mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri.

Niko sudah tiba di lobby Hotel.

02.20 Dini Hari

Niko tiba di depan hotel dengan mengendarai Mercedes berwarna hitam. Ia berjalan masuk lobby sambil menunggu kehadiran pimpinannya di tempat itu.

Sekitar dua menit kemudian, Pratama datang bersama Khandra, dan Citra mengikuti mereka dari belakang.

"Kita pulang, Pak?" Tanya Niko kepada Pratama.

Pratama mengangguk. "Ke rumah keluarga Izora." Ia menjelaskan.

"Yang dimana Pak? Menteng atau Blok A?" Niko mencoba mengkalrifikasi.

"Blok A." Jawab Khandra dan ia tersenyum kepada lelaki itu. "Terima kasih sudah datang semalam ini."

Lintasan tercepat ke rumah keluarga Izora adalah lurus sepanjang jalan dari Hotel ini menuju Blok A, tapi tidak demikian halnya saat Sabtu malam yang ramai. Dengan demikian, Niko, memutar untuk mencari alternatif jalan lain.

Khandra berada di kursi belakang bersama Pratama. Niko yang menyetir, dan Citra, duduk di depan bersama Niko.

Lyra, adik ipar Khandra, telah mempercayakan Khandra kepada Pratama. Itupun karena Khandra sendiri yang memaksanya. Kalau Khandra tidak memaksa, Lyra pasti sudah menemani Khandra, meski harus sampai pagi.

"Siapa sebenarnya dirimu, Mas?" Tanya Khandra begitu ia telah duduk di dalam mobil.

"Aku bukan siapa-siapa, Khandra."

"Kenapa aku baru tau bahwa kau memiliki semua ini?"

"Ini bukan milikku." Jelas Pratama santai. "Ini milik keluargaku."

"Jadi siapa dirimu sebenarnya?"

Pratama tidak menjawab.

Selama beberapa detik, Mercedes itu masuk dalam kegelapan terowongan. Ketika muncul lagi, Niko melihat jalanan menikung ke kiri dan ia menancap gas dengan kecepatan di atas rata-rata, namun tetap terkendali.

Terowongan itu sejatinya tak lebih dari dua kilo meter, hanya butuh beberapa menit untuk melewatinya, karena jalanan cukup lengang malam itu, dan kondisi penerangan yang baik, Niko memilih untuk berjalan lebih cepat.

Mumpung tidak ada kendaraan lain. Pikirnya.

Perjalanan itu meliuk ke kiri dan kanan. Niko yang sedang menyetir, memiliki kendali yang baik atas kendaraan tersebut.

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang