Nine - Expectation

130K 4K 53
                                    

Vote dulu yuk, Beb 🙈❤


"Selamat pagi," sapa Adara, yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan kepada ayah dan pamanya.

"Kamu masak apa?" tanya ayahnya.

"Wah, sejak kapan kamu bisa masak? Sudah siap jadi istri dong," goda pamannya. Adara terkekeh.

"Dara masak nasi goreng kuning kesukaan papa."

"Gimana mau jadi istri orang kalau pacar aja nggak ada," ujar ayahnya, yang disusul tawa.

Adara yang menampilkan senyum simpul khas dirinya. Dia terperanjat oleh ucapan ayahnya tadi. Alasan dirinya tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun yakni karena ayahnya. Dia takut tak ada orang yang menjaga dan mengurus ayahnya sebaik dirinya. Jika dia punya kekasih, sudah jelas fokus dan waktunya akan terbagi dan dia tak ingin ayahnya merasa kehilangan anak satu-satunya itu.

"Kamu nggak punya gebetan apa, Dar? Berapa sih usiamu?" tanya pamannya.

"Sudah 24 tahun dia itu, Den. Tapi nggak pernah bawa pacarnya ke rumah," sahut ayahnya.

"Nanti kalau Dara bawa pacar papa kaget. Lagian Dara masih muda, belum mau menikah," jawan Dara.

"Seenggaknya teman dekat. Masa nggak punya?" tanya pamannya, lagi.

Adara terdiam.

Teman dekat.

Disaat ia sedang mencari jawaban yang tepat agar tidak ditanya-tanya lagi oleh sang paman, dikepalanya malah terlintas sosok pria yang akhir-akhir ini sering terlibat dengannya. Pria yang kemarin malam membuatnya panas dingin namun juga berhasil membuatnya tidur nyenyak tanpa gangguan. Pria yang diam-diam ia kagumi.

Deva Abimanyu. Pengacaranya sendiri.

Tubuhnya kaku seketika saat menyadari siapa sosok itu. Dia sendiri bertanya-tanya mengapa bisa Deva yang terlintas dibenaknya? Padahal jelas dia tidak sedang memikirkan pria itu.

"Heh? Kok malah bengong, tah?" Suara ayahnya membuyarkan lamunan.

Sembari tersenyum malu, Adara berkata, "Nggak, kok, pa. Teman dekat ya? Dara juga nggak yakin punya atau nggak."

"Mau Om kenalin nggak sama anak teman-teman Om?"

Jika saja tadi Deva tidak melintas dibenaknya mungkin ia akan menerima tawaran pamannya untuk sekadar berkenalan saja. Namun jika ia terima, mana bisa nantinya dia berkenalan tetapi yang ada dipikirannya pria lain.

"Nggak, Om, terima kasih. Dara bisa cari sendiri," ujarnya.

Pamannya mengangguk mengerti.

Ponsel Adara bergetar. Ia beranjak dari kursi dan menjauh sebentar untuk menerima panggilan itu. Ternyata salah satu pegawai kantor yang menghubunginya. Orang itu mengatakan bahwa lewat rekap jejak keuangan di kantornya, terdapat banyak kerugian yang cukup fatal dan semua bukti yang telah dikumpulkan tertuju pada salah satu orang yang sudah bekerja cukup lama di sana. Adara meminta untuk terus memantau kalau-kalau ada lagi pengeluaran yang keluar namun tak ada keterangan untuk apa uang itu digunakan.

"Iya, pokoknya kamu jaga-jaga aja. Jangan sampai ada yang tahu," kata Adara, memperingati.

"Baik, Bu. Pasti saya akan terus berjaga sambil mengawasi mereka," sahut seseorang, diseberang sana.

"Ingat, kamu harus berlagak seperti pegawai biasa. Jangan terlalu dekat atau terlalu jauh dengan pegawai lainnya. Kalau ada informasi yang nggak bisa kamu gali lebih dalam dari pegawai lain, nggak perlu dipaksa. Dan kalau ada tindak mencurigakan dari salah satu mereka, kamu segera lapor ke saya," lanjut Adara, lagi.

Because Of You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang