Perjodohan antara Deva dan Ella masih berlanjut. Keduanya masih belum menemukan titik terang untuk mengakhiri atau membujuk masing-masing ibunya agar menyudahi perjodohan yang tak akan pernah terjadi ini.
Baik Ella maupun Deva masih menjalani rutinitas mereka seperti biasa. Ella dengan butiknya dan Deva dengan kantornya. Jika lelah diteror soal pendekatan, mereka akan sepakat berbohong dan mengatakan sedang jalan bersama padahal tidak.
Namun, beruntung hari ini Deva dapat izin pergi dari ibunya setelah mengatakan ada acara bersama teman kantor. Tentu saja itu hanya dalih, sebenarnya ia sedang pergi dengan kekasihnya. Adara Maheswari.
"Kamu makan sushi atau ramen?" tanya Deva, ketika mereka sudah sampai disebuah mall.
"Kayaknya sushi enak. Sushi aja, ya."
Lalu mereka berdua berjalan menuju restoran sushi terbesar di mall tersebut.
"Dev," panggil, Adara.
Deva mengalihkan tatapannya dari buku menu dan kemudian menatap Adara. Mereka sudah memesan makanan sejak tadi.
"Hm?"
"Goals hubungan kita untuk kamu itu apa?" tanya Adara.
Deva menyingkirkan buku menu dan melipat tangannya di meja. Berpikir sejenak tentang apa tujuan hubungan mereka. Jujur saja pernyataan cinta Deva kemarin adalah bentuk spontanitas karena ia takut hubungan dirinya dan Adara terancam karena tak memiliki ikatan pasti.
Tapi ada satu garis besar yang dia tangkap. Tujuannya hanya satu, dia tak ingin kehilangan wanita itu. Ya, itu saja.
"Aku mau menikah, punya anak, dan hidup bersama dengan kamu selamanya. Mungkin itu kedengarannya mudah dan juga sesuai dengan siklus hidup masyarakat pada umumnya. Tapi buat aku, untuk mencapai tujuan itu dibutuhkan proses panjang dan komitmen yang pasti. Kita nggak tahu apa aja masalahnya yang datang nantinya. Kadang kita bisa lewati masalah yang sulit, tapi malah nggak mampu dengan masalah yang kecil."
Deva meraih tangan Adara. "Thats the point, Adara. Aku mau berkomitmen sama kamu sampai kapan pun. Sampai kita menikah, punya anak, jadi kakek nenek. Forever."
Adara tersenyum. Dia sangat tersipu dengan perkataan Deva.
"Kamu yakin we can last forever?" tanya Adara.
Deva mencelus. Di dalam hatinya dia berkata sangat amat yakin. Tetapi pada realita dan keadaanya saat ini sangat tidak memungkinkan untuk dia berkata iya. Namun, tetap dalam pendiriannya, dia tak ingin Adara tahu masalah ini. Dia tak ingin Adara ragu.
"Yes, I'm sure. Why not?" balas Deva.
Adara menggeleng. "Aku juga yakin. Karena saat ini aku bahagia sama kamu. Kamu itu berhasil mutar balik dunia aku yang datar ini," kata Adara, sambil tertawa.
Deva juga tertawa. "Memang sekarang gimana?" tanyanya, ingin tahu.
"Duniaku jadi bergelombang nggak karuan kalau sedang sama kamu," jawab Adara dan Deva tertawa.
Beberapa saat kemudian makanan mereka datang. Deva dan Adara menyantap makananya dalam diam dan sesekali bergurau. Mereka bertukar cerita tentang kegiatan masing-masing dan pencapaian mereka kedepannya seperti apa.
"Sabtu depan ke Kokas, yuk!!" kata Adara, disela pembicaraan mereka.
"Ngapain?" tanya Deva.
"Ada bedah buku sama Fiersa Besari. Temani aku," pinta Adara.
Jelas Deva tak bisa berkata tidak. Dia pun mengangguk kemudian Adara bersorak senang.
Sangat menyenangkan berbicara tentang masa depan sebab tak ada yang tahu akan seperti apa masa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ✅
RomanceKeduanya telah melewati batas takdir. Deva dan Adara harusnya hanya terlibat dalam hubungan pekerjaan, tetapi rasa penasaran membawa mereka berjalan lebih jauh hingga melibatkan perasaan. Tak mudah untuk bertahan kala masalah terus menghadang. Akank...