Jogja menyambut mereka dengan ramah. Cuaca cerah dan gaya hidup yang sederhana benar-benar memanjakan mata ketiga insan itu. Mereka berada di mobil yang sudah Theo sewa untuk membawa mereka ke rumah baru. Theo asyik berbincang dengan sopir mereka, berbagi cerita mengenai kebiasaan warga Jogja dan hal-hal menarik lainnya sementara itu di kursi belakang, Wira tak sengaja melihat Adara yang tengah termangu menatap ke luar jendela.
Awalnya dia ingin mengajak Adara mengobrol, namun ia urungkan kembali niatnya. Biar saja gadis itu mengurus pikiranya sendiri yang pasti sedang bergejolak. Mereka pergi tepat dua minggu sebelum acara pernikahan Deva dan Ella.
Wira yakin Adara sudah mempertimbangkan keputusan untuk pindah ke Jogja lebih matang daripada Theo dan dirinya. Harusnya ia ikut senang karena mantan pacar yang sampai saat ini tak pernah bisa ia lupakan ikut bersamanya bahkan mereka akan tinggal bersama sampai batas waktu yang belum ditentukan, tetap disatu sisi dirinya ikut terbebani. Melihat Adara yang belum sepenuhnya rela, membuat Wira ikut bersedih.
"Kalian mau makan mie kocok, nggak?" tanya Theo, antusias.
Wira segera melepaskan lamunannya dan menjawab Theo.
"Boleh. Kamu mau juga kan, Dar?" Pria itu menyentuh tangan Adara.
"Hah? Terserah kalian. Gue ikut aja." Adara yang tak tahu apa yang Theo tanyakan hanya menjawab seadanya.
Dia sadar telah bertindak keluar dari apa yang sudah ia sepakati dengan dirinya. Adara berjanji tidak akan terlena oleh apapun yang memiliki sangkut paut dengan masa lalunya. Pada Theo dia sudah berjanji akan memulai hidup baru dan lembaran yang lebih segar. Pada Wira dia sudah berjanji akan melupakan Deva dan seluruh kenangan bersama mereka dahulu, dia telah memberi kepercayaan pada Wira untuk masuk dalam hidupnya sekali lagi.
Adara janji tak akan mengecewakan dua pria yang kini tinggal bersamanya. Para pria yang diam-diam selalu menjaganya tanpa ia sadari.
Tiga hari kemudian usai berbenah di rumah baru, Wira mulai menunjukkan lokasi kedai mereka di tempat yang cukup strategis. Theo sudah memiliki konsep baru untuk usahanya kali ini dan Adara sudah tahu harus melakukan taktik pemasaran apa agar kedai mereka diminati banyak orang.
Lima bulan kemudian, kedai mereka resmi dibuka. Berkat rekan relasi bisnis Wira, dihari pertama soft opening mereka langsung mendapat 80 pelanggan dan seiring waktu berjalan kedai mereka bertambah rame bahkan eksis dikalangan remaja dan dewasa.
Kesuksesan singkat yang diraih mereka bukan tanpa alasan. Memiliki latar belakang sebagai pebisnis yang pernah jatuh bangun membuat ketiganya tampak hati-hati dalam memilih langkah. Biar pun usaha kedai itu tak menjadikan mereka tajir melintir, setidaknya ada kebahagiaan setiap menginjakan kaki di sana.
Itulah yang mereka cari.
Kebahagiaan tanpa beban dan perlahan satu per satu mulai menemukan apa yang mereka sebuah sebagai bahagia.
Bukan gebetan atau pacar baru tetapi persahabatan ketiganya yang lama kelamaan menjadi rumah setiap salah satu dari mereka butuh tempat cerita.
"Guys! Ada good news," seloroh Wira, sambil menjatuhkan bokongnya ke kursi bar di samping Adara.
Dua sahabatnya langsung memberi perhatian pada Wira.
"Apa? Ada yang berani bayar mahal francise kedai kita?" tanya Theo, sambil meracik kopi untuk Wira.
Wira menggeleng. "Keuntungan kita nambah tujuh persen dalam kurung waktu dua minggu. Setelah gue analisis, penyebab utamanya adalah kedatang selebgram terkenal itu. Siapa namanya? Lupa gue."
![](https://img.wattpad.com/cover/164269216-288-k58972.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ✅
RomanceKeduanya telah melewati batas takdir. Deva dan Adara harusnya hanya terlibat dalam hubungan pekerjaan, tetapi rasa penasaran membawa mereka berjalan lebih jauh hingga melibatkan perasaan. Tak mudah untuk bertahan kala masalah terus menghadang. Akank...