Adara membereskan sisa piring makan malam barusan. Sementara pamannya asyik menonton tayangan pertandingan bola internasional. Biasanya dia akan membagi tugas dengan Om Dennies dan malam ini adalah jadwal dirinya."Dar, kayaknya ada tamu tuh," kata Om Dennies, masih fokus dengan layar TV.
"Siapa tamu malam-malam begini," gumam Adara. Dia buru-buru meletakkan piring dan gelas ke wastafel.
Setelah itu dia melangkah ke jendela dan mengintip siapa yang datang. Ternyata adalah Deva. Dia tersenyum dan langsung membukakan pintu. Pria itu tanpa basa basi langsung menghamburkan pelukannya ke tubuh Adara. Memeluknya erat hingga dapat mencium aroma asli tubuh wanita itu.
"Sudah malam dan kamu masih ke sini?" omel Adara. Dia tahu Deva sedang sibuk dan selalu mencuri waktu untuk bisa keduanya bertemu.
"Kangen," cicit Deva, dengan wajah cemberut.
"Kita baru bertemu delapan jam lalu, Mr. Abimanyu," ujar Adara, gemas.
"Ya, terus kenapa, Mrs. Abimanyu? Emang harus berjarak lama dulu buat kangen?" goda Deva.
Adara mendengus. Pria itu selalu saja berhasil menggodanya.
"Yasudah, ayo masuk. Anginnya kencang diluar." Adara melingkarkan genggamannya dilengan pria itu lalu menutup pintu utama.
"Oh, hai, Dev." Om Dennies melambai sekilas ketika melihat siapa yang bertamu lalu kembali fokus ke layar TV lagi.
"Maaf, ganggu malam-malam, Om," kata Deva, sambil melirik Adara membuat wanita itu kesal. Pasti pria itu sedang balas dendam karena tadi ia mengomel.
"Its okay. Dara senang kok," sahut Om Dennies.
Deva terkekeh. Dia tersenyum penuh kemenangan. "Ternyata diam-diam kamu juga kangen sama aku."
"Nggak tuh. PD banget kamu aku kangenin," sahut Adara, sambil melipat tangannya.
"Menyimpan amarah sendiri aja bisa jadi penyakit, Dar. Apalagi kangen," kata Deva. Dia menatap lama Adara. "Harus dilampiaskan," bisiknya.
Sontak Adara langsung memukul lengan Deva dan pria itu langsung mengaduh kesakitan.
"Om, Dara keatas ya mau nonton TV juga," kata Adara dan dibahas anggukan dari pamannya.
Adara menarik tangan Deva menaiki tangga. Mereka bersantai di sofa sembari menonton sebuah drama luar negri. Adara memang sudah lama memasang TV kabel semenjak dia merasa bosan dengan tayangan dalam negri yang semakin tak karuan.
"Nggak ada kartun?" tanya Deva. Dia menyandarkan kepalanya dibahu Adara.
"Ada. Banyak. Kamu mau nonton kartun?"
Deva mengangguk. "Aku nggak ngerti kalau nonton sinetron."
"Ih! Itu bukan sinteron, tapi drama," koreksi Adara.
Deva berdecak. "Sama aja. Sama-sama ada episodenya," katanya membela diri.
Akhrinya Adara mengganti saluran TV dengan tayang kartun sesuai permintaan pria disampingnya.
"Tumben kamu dikepang," kata Deva, saat membelai rambut kekasihnya.
"Tebak siapa yang kepang?" Adara tertarik untuk memulai semuanya dari sekarang.
Deva berpikir, walau sebenarnya tak benar-benar serius. "Om Dennies?"
Gantian Adara yang berdecak. "Dia aja nggak bisa bedain karet rambut sama karet gelang."
"Oke. Kalau gitu ...Theo?"
"Apalagi dia. Aku suruh sisirin rambut aja kusut," kata Adara.
Deva terkekeh "Parah juga dia. Siapa lagi ya? Hmm ... kamu sendiri mungkin." Dia menyerah.
![](https://img.wattpad.com/cover/164269216-288-k58972.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ✅
RomanceKeduanya telah melewati batas takdir. Deva dan Adara harusnya hanya terlibat dalam hubungan pekerjaan, tetapi rasa penasaran membawa mereka berjalan lebih jauh hingga melibatkan perasaan. Tak mudah untuk bertahan kala masalah terus menghadang. Akank...