EPILOG

2.7K 108 16
                                    

Dilorong rumah sakit yang sepi itu Ify duduk menyendiri. Bukan duduk di kursi, melainkan duduk di lantai. Ia tidak ingin ada yang mengganggu.

Orang-orang ramai berada di dalam ruangan yang kini tepat di depannya. Kamar jenazah. Tertulis jelas nama ruangan tersebut yang membuat Ify bergidik ngeri. Ia tidak mau memasuki ruangan itu.

Ify lebih memilih diam di luar, meskipun kondisinya lemah dan sempat tak sadarkan diri, namun kini ia kembali berada tepat di depan ruangan itu lagi. Sendiri.

"Fy"

Ify mendongakkan kepalanya, ia tidak bisa menampakkan senyuman di wajahnya. Ekspresinya sekarang datar namun tidak juga menangis.

Kelvin. Orang yang memanggilnya itu kini duduk disebelah Ify. Menatap wanita yang dicintainya itu dalam-dalam.

"Fy, kamu harus kuat" Ify masih diam tidak menanggapi ucapan Kelvin.

"Kematian gak ada yang tau, hidup dan mati seseorang ada ditangan Tuhan. Kita gak ada yang tau fy, kapan dan dimana itu bisa aja terjadi" Kelvin menghela nafasnya saat Ify masih diam tidak merespon

"Aku turut berduka cita atas meninggalnya Rio" Kali ini Ify berpaling menatap Kelvin dengan tatapan kosong.

"Rio gak meninggal! Jangan asal ngomong kamu"

"Fy, kita harus ikhlas. Kamu harus ikhlasin kepergian Rio"

"Engga! Rio masih hidup, dia gak pergi dan gak akan pernah pergi"

Kelvin yang melihat Ify rapuh langsung memeluknya, memberinya kekuatan.

"Rio ga meninggal Kelv, dia masih hidup kan?"

"Kamu harus kuat Fy, kasian Rio disana"

"Rio masih hidup Kelvin" racau Ify masih dengan tatapan kosongnya.

"Rio udah pergi fy, kamu harus ikhlas. Kalau kamu kaya gini, gimana sama Fika ? Kasian, dia juga butuh kamu"

"Fika, Fika mana?" Tanya Ify langsung melepaskan pelukan Kelvin

"Fika sama gabriel, dia nangis terus pengen ketemu Rio"

"Aku harus ketemu Rio Kelv, aku harus kasih tau dia kalau Fika nangis terus. Rio pasti gak akan biarin Fika nangis" ujar Ify dengan semangat yang membuat Kelvin terdiam.

Ia tak menyangka Ify akan seperti ini kehilangan Rio. Hatinya sungguh sakit melihat  Ify yang sekarang.

"Kelvin ayo bantuin aku ketemu Rio. Ayo ke kantornya dia Kelv, kasian Fika nangis terus kan"

"Fy"

"Nunggu apalagi? Ayo Kelvin"

"Fy dengerin aku.."

"Engga, kamu yang harus dengerin aku. Aku mohon Kelv, anterin aku ke kantornya Rio"

"Fy, Rio udah gada dia udah meninggal! Kamu jangan kaya gini" ujar Kelvin dengan nada yang meninggi

"Engga... Rio gamungkin meninggal.. engga!!" Ify kembali tidak terkontrol

"Rio gak meninggal Kelv! Engga! Rio..."

"Fy, kamu boleh nangis. Nangis sepuas kamu tapi jangan kaya gini aku mohon" Ify pun terdiam dan kembali menunduk. Kelvin yang tidak tega memeluknya lagi dan kali ini Ify menangis.

"Hiks hhh hiks.. Rio.  Rio gamungkin meninggal.. Dia gak mungkin ninggalin aku"

"Nangis Fy, nangis sepuas kamu" ujar Kelvin seraya memeluknya erat

Pintu kamar jenazah itu terbuka, Orangtua Rio keluar dengan tangisan, dibelakangnya beberapa perawat mendorong brankar yang diatasnya terletak Rio dengan seluruh tubuh yang ditutup kain putih.

Playboy Vs Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang