14| 3 July 2018 - Jangan Dipindah Lagi!

737 139 21
                                    

Minhyuk bilang, Luhan sudah melakukan hal yang benar. Dengan tidak menolak permintaan Sehun yang ingin bunga-bunga pesanannya untuk pernikahannya dikirim ke apartemen Sehun, bagi Minhyuk itu bukan hal yang salah. Sebenarnya, Luhan tidak paham mengapa Minhyuk berkata seperti itu saat di kafetaria hotel beberapa hari yang lalu. Ketika ditanya, "Memangnya kalau aku tidak menolaknya, apa yang akan terjadi?"

"Bukankah dengan begitu kau bisa bertemu lagi dengannya?" Minhyuk dengan santainya menyeruput kopi sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Dengan menerimanya, kau masih bisa berharap."

Luhan diam saja. Kadang, Minhyuk itu suka sekali berkata seenaknya. Luhan sedang tidak ingin berharap pada Sehun. Cukup Luhan menyimpan perasaannya pada Sehun secara diam-diam saja. Bagi Luhan, itu sudah lebih dari cukup.

"Tapi kupikir, Sehun orang yang baik. Pacarnya akan benar-benar menyesal telah mengakhiri hubungannya dengan Sehun." Lanjut Minhyuk. Luhan menyetujui dalam hati.

Minhyuk memang seenaknya tapi kadang ada benarnya juga. Lucu sekali.

Sekitar pukul 9 pagi, Luhan sudah datang ke gedung apartemen Sehun dengan satu mobil pick up yang berisi ratusan tangkai bunga dalam beberapa kotak kayu yang awalnya dipesan untuk pernikahan Sehun. Luhan mengirim bunga-bunga itu ke apartemen Sehun, sesuai dengan permintaan lelaki itu.

Sejujurnya, Luhan tidak mengerti mengapa Sehun harus melakukan hal itu sebagai bentuk rasa menghargai kerja kerasnya selama ini. Luhan sebenarnya tidak masalah karena Luhan pikir masalah Sehun dan Irene tidak bisa diperbaiki mengingat mereka berpisah beberapa hari sebelum pernikahan mereka sehingga mereka harus membatalkan apa yang sudah mereka impikan selama menjadi pasangan. Luhan sungguh tidak masalah 80%-nya sia-sia. Hanya saja, Luhan masih ingat betul ekspresi penuh permohonan dari Sehun untuknya.

"Kumohon, aku benar-benar ingin menghargai kerja kerasmu, tidak lebih dari itu." kata Sehun waktu itu.

Luhan pikir, Sehun terlalu baik untuknya.

"Memangnya kau mau meletakkan bunga-bunga ini di mana?" tanya Luhan ketika ia sudah ada di apartemen Sehun. Perempuan itu melihat sekitar, sementara Sehun yang ada di sebelahnya terlihat ikut memperhatikan sekitar juga.

"Aku tidak tahu cara menata ruangan jadi aku terserah dirimu saja."

Luhan lantas mendongak menatap Sehun yang ada di sebelahnya. Rasanya, ada yang ingin ia katakan ketika ia bertemu tatap dengan Sehun. Lelaki itu tersenyum kecil ketika menatapnya, dan Luhan tidak bisa beralih. Sistem sarafnya tidak berfungsi untuk beberapa saat.

"Jadi bagaimana?" suara Sehun menyadarkan Luhan. Mata perempuan itu mengerjap beberapa kali, lalu berpaling.

"Biar kupikirkan." Gumam Luhan lalu mengambil langkah untuk melihat-lihat sekitar.

Apartemen milik Sehun luas, dan cukup rapi untuk ukuran seorang lelaki. Setiap barang yang ada di sini ditata sedemikian rupa dan itu cukup membuat Luhan kagum dengan tata letak barang-barang di apartemen Sehun. Tapi kenapa...

"Penataan barangmu sudah bagus." Luhan berbalik pada Sehun. "Kenapa minta tolong padaku?"

Sehun diam sebentar. "Itu Irene yang menata."

"Oh..." Luhan mengangguk-angguk kecil lalu segera berbalik. Melihat Sehun menyebut nama Irene dengan ekspresi yang... ah, Luhan bergejolak.

Sementara Luhan sedang melihat-lihat apartemennya, Sehun tetap berdiri di tempatnya, memandangi Luhan yang sebenarnya membuatnya meragu.

Jujur, ketika ia memohon pada Luhan untuk membawa semua tangkai bunga yang telah dipesan khusus untuk pernikahannya ke apartemen ini, ia bisa melihat ekspresi Luhan yang mudah untuk dibaca. Luhan ragu untuk menerima, dan berat juga untuk menolak. Ia bisa melihat Luhan menanggung beban setelah perempuan itu mengangguk mengiyakan. Sehun tidak tahu mengapa dengan memohon hal kecil sebagai pertanggungjawabannya pada Luhan bisa menimbulkan beban seperti itu pada Luhan.

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang