Aku menatap pintu itu, menarik dan menghembuskan napas dengan perlahan. Siang itu, entah mengapa aku menghentikan perjalanan kemari. Padahal seharusnya aku menahan diri untuk tidak membuat diriku semakin meronta-ronta karena semestaku yang kacau.
Iya, semestaku tak sebaik yang dipikir orang lain. Aku tidak baik-baik saja selama ini.
Siang itu, aku merasa ragu sekali untuk masuk. Aku ragu karena aku takut pada diriku sendiri. Bagaimana kalau aku tak bisa mengendalikan diri? Bagaimana kalau apa yang kutakutkan selama ini itu benar? Aku menakuti diri lagi, membuat semestaku kacau karena ketakutanku sendiri.
Baiklah. Aku tak akan memaksakan diri. Aku menyerah. Sebab kurasa, meski pada akhirnya semestaku kacau lagi, aku harus menyelesaikan kegelisahanku. Demi kebaikanku sendiri.
Aku menekan digit nomor yang kuhafal, lalu masuk ke dalam, memperhatikan sekitar. Tidak ada siapa-siapa dalam ruangan yang luas itu. Hanya ada beberapa barang yang tata letaknya tak banyak berubah, beberapa vas bunga kosong yang baru kulihat, dan suasana yang masih sama seperti dulu. Aku sedih, entah mengapa. Banyak yang berubah dari terakhir kali aku kemari.
Aku menekan bibir, lalu kembali mengambil langkah, berhenti di ruang tengah. Aku melihat kaca besar yang menunjukkan ruang meeting-nya, serta kaca besar di sisi lain yang menunjukkan kamarnya. Dari tempatku berdiri, kedua ruangan itu kosong. Aku tak melihat tanda-tanda keberadaanya di apartemen ini. Lega. Aku merasa lega karena aku tak akan ketakutan pada ekspektasiku sendiri.
Merasa aman, aku berlalu menaiki tangga, menuju lantai dua. Aku tak mau mengulur waktu jadi aku langsung bergegas menuju ke satu-satunya ruangan yang belum kuperiksa dalam apartemen ini; kamar tamu. Aku membukanya tanpa ragu.
Di kamar yang ukurannya lebih kecil dari kamarnya, aku melihatnya sedang memunggungiku, memeluk perempuan lain yang tengah tersenyum kepadanya. Aku terpaku begitu melihatnya berbalik dan menatapku terkejut dan kebingungan.
Aku bingung. Iya, aku bingung melihat perempuan itu dan dia ada di kamar ini, berpelukan, dan... dan...
Dia menyebut namaku. Dia menghampiriku, dan membuatku mundur selangkah untuk tetap memberi jarak dengannya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya sambil menutup pintu yang ada di belakangnya.
Aku mengerjap, melemas, dan menyandarkan punggung pada dinding. Di depanku ada cermin yang memantulkan rupaku. Aku melihat diriku sendiri dalam cermin itu, dan aku merasa takut sekali.
Ketakutanku membeludak. Aku tak mempercayai pengelihatanku sendiri.
.
.
.
.
Hewwo!
Coba tebak siapa "aku" di sini. Irene or Luhan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tu Me Manques [HUNHAN GS]
FanficHUNHAN GENDERSWITCH FANFICTION! [Second version of FanFiction "I Miss You" from fanfiction.net] 📍 Tu Me Manques (French) means I Miss You. Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama itu Luhan berusaha untuk tidak menunjukkan eksistensinya da...