48| April 2019 - Tu Me Manques

295 54 12
                                    

Aku ngga sadar kalo aku nulis terlalu banyak narasi... :(
.
.
.

10 April 2019
.
"...begitu rencananya, aku juga akan..." Minhyuk berhenti mengoceh ketika melihat orang yang ada di hadapannya itu nampak tak serius mendengarkan. Lelaki itu mengernyit, bertanya, "Kau mendengarku?"

Luhan melirik sekilas, malas. "Ya." jawabnya singkat. Ia mengetuk-ngetukkan jemarinya pada permukaan meja sementara pikirannya tak bisa fokus. Jujur saja, ia tak mendengarkan apa yang Minhyuk katakan padanya. Ia hanya sempat mendengar kata 'saham', 'jajaran pemilik saham', serta kata 'hancur'. Entahlah, Luhan pusing.

Sementara Luhan melamun di hadapannya, Minhyuk menghela napas. Lelaki itu mengetuk-ngetuk permukaan meja untuk mencuri perhatian Luhan. Luhan hanya menatapnya malas.

"Aku tahu kau mungkin marah padaku karena aku tak bisa berbuat apa-apa setelah kabar percepatan tunangan sialan itu. Tapi―"

"Aku tidak marah," sela Luhan lugas. Ia menegakkan tubuh. "Aku memikirkan banyak hal. Tidak hanya masalah tunangan itu."

Minhyuk diam sebentar. "Aku tahu masalahmu dengan Sehun. Kau kecewa padanya. Tapi, Luhan―"

Luhan kembali menyela. "Aku juga kecewa pada diriku sendiri. Kalau waktu itu aku tak menerima tawaran untuk membantu pernikahannya, aku tak akan masuk jauh lebih dalam ke kehidupannya. Aku hanya berpikir kalau aku sudah melakukan hal yang tepat untuk membantunya. Setidaknya, untuk membantuku ikhlas melepasnya. Tapi nyatanya..." Luhan menghela napas pelan. "...justru akulah menjadi penyebab kenapa mereka berpisah."

"Kau menyesali keputusanmu?" tanya Minhyuk.

"Tentu saja!" jawab Luhan. "Coba kalau aku menolak untuk membantunya. Pasti sekarang Sehun dan Irene sudah menikah, mungkin Irene sudah hamil, lalu..." Luhan berhenti mengoceh karena pikirannya mendadak tak bisa berhenti memikirkan hal yang tak ingin ia terima kenyataannya. Bahu Luhan melorot. Ia menyandarkan punggungnya dengan lemas. Mukanya kusut. Luhan ingin sekali menenggelamkan dirinya sendiri ke laut saat berkata, "Minhyuk, aku mencintai Sehun tapi aku juga membencinya karena... karena fakta bahwa akulah yang menjadi perusak hubungan mereka..."

"Luhan, kau tak perlu menyesali keputusanmu. Kau sudah memilih jalan hidupmu yang menurutmu benar. Kau tak merugikan siapapun karena kau membantu mereka. Masalah Irene dan Sehun itu sudah beda konteks. Memang, sih, secara tak langsung kau menjadi penyebab kenapa mereka bisa berpisah. Tapi sesungguhnya, kau ada di luar permasalahan itu. Menurutku, sih..."

Luhan mengernyit mendengarnya. "Kenapa bisa begitu?"

"Katamu, Sehun bilang kalau kau bukan alasan mereka bisa berpisah. Kau tak mempercayainya?"

"Aku percaya..." Luhan merengek lalu mengeluh, "Tapi tidak hanya itu saja... Dia bilang dia memikirkanku dan berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau dia mencintai Irene. Kalau tidak berpaling kepadaku, apa namanya? Aku tetap jadi masalah mereka!"

Minhyuk menghela napas kasar. Luhan yang kemudian bergumam-gumam kesal sembari menyembunyikan wajah pada lipatan lengan di meja itu membuatnya merasa Luhan butuh waktu yang banyak untuk berpikir. Minhyuk tahu alasan Sehun yang tadi disebutkan Luhan. Tapi baginya, Luhan tetap berada di luar masalah Irene dan Sehun.

Bukankah kata Luhan, Sehun berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa lelaki itu mencintai Irene? Kalau begitu, kan, Sehun juga sedang berjuang untuk Irene. Berjuang untuk melupakan masa lalunya supaya bisa bersama Irene. Meski di beberapa sisi Sehun juga salah, sih...

Hanya saja, Luhan selalu menyalahkan dirinya sendiri. Minhyuk tidak suka itu. Luhan tidak sepenuhnya salah.

Perempuan itu, kan, tidak melakukan apa-apa.

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang