28| 15-16 Oktober 2018 - She is...

571 95 17
                                    

Pukul 10 malam. Semakin malam, semakin sesak yang ia rasa. Tubuhnya lelah. Berikut pikirannya yang melayang, Sehun tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Beberapa waktu yang lalu, ia sampai di apartemen. Tubuhnya lantas jatuh ke sofa. Ia menatap langit-langit. Setelah diporak-porandakan oleh Irene, ia merasa harus berkaca pada banyak hal. Baginya, Irene tidak pantas terpuruk karenanya. Jadi apakah ini saatnya ia harus melepas Irene?

Melepasnya...

Sejujurnya, Sehun tidak bisa untuk melepas Irene. Perempuan itu sudah menjadi bagian dari dirinya. Irene-lah yang menjadi teman sekaligus pendamping yang tahu apa saja yang terjadi di masa lalu. Irene itu perempuan yang bersabar dalam menghadapinya, mengerti dirinya, dan... kenapa Sehun jadi berpikir bahwa ia bukanlah lelaki yang baik untuk Irene?

Jika diibaratkan tabungan, saldo kebaikan Irene kepadanya sudah mencapai triliunan sementara kebaikannya kepada Irene hanyalah ribuan. Sehun tidak melakukan banyak hal untuk Irene selama mereka menjalin hubungan. Yang ia lakukan hanyalah berusaha untuk mempertahankan Irene dalam hatinya, apapun yang terjadi.

Apapun yang terjadi...

Sehun tidak yakin sebenarnya. Apakah yang tiba-tiba melintas dalam pikirannya barusan adalah salah satu dari 'apapun yang terjadi'? Baru saja nama perempuan lain terlintas, dan itu adalah Luhan.

Di awal pertemuannya dengan Irene, perempuan itu mengingatkannya dengan Lilac. Di awal pertemuannya dengan Luhan, perempuan itu juga menunjukkan beberapa hal yang membuktikan bahwa eksistensi Lilac masih ada dalam orbitnya.

Buktinya?

Sehun tidak pernah bertemu dengan Luhan semasa SMA dan baru tahu bahwa Luhan itu teman SMA-nya dari Baekhyun. Sehun tahu keberadaan Lilac semasa SMA dan anehnya tidak tahu bagaimana rupanya. Samar-samar, Sehun ingat sekelebat profil samping Lilac, suara tawa dan betapa indahnya sosok itu sewaktu di Jeju. Sepuluh tahun itu bukan waktu yang singkat. Wajar jika penggambaran Lilac dalam dirinya perlahan memudar.

Sebenarnya, Sehun sudah memikirkan hal ini setelah ia menerima kembali cincin Irene beberapa bulan yang lalu. Kalimat Irene yang mengatakan bahwa ia telah berpaling kepada Luhan membuatnya bingung sekaligus penasaran. Ia bingung, kenapa harus Luhan? Pun penasaran, ada apa dengan Luhan?

Maka ya... Semua kemungkinan-kemungkinan itu membawanya pada secercah titik terang seperti penjelasannya di atas.

Chrysanthemum...

Kadang, Sehun lebih suka menyebut Lilac sebagai Chrysanthemum. Ia iri bagaimana Yifan menemukan istilah itu terlebih dahulu dan menjadikannya sebagai simbol dari perempuan yang ditaksirnya waktu itu. Kadang, Sehun lebih suka mengingat Lilac sebagai Chrysanthemum. Benar apa kata Yifan. Perempuan itu indah dalam memorinya. Berlapis-lapis dan indah.

Lucu sekali bagaimana ia tertarik kepada perempuan yang ditaksir temannya sendiri. Lucu sekali bagaimana ia harus menahan diri untuk tidak menunjukkan bahwa ia tidak suka dengan interaksi Yifan dan Lilac-nya. Lucu sekali bagaimana ia memilih untuk mengubur perasaannya ketika lulus dari SMA dan kuliah di luar kota. Lucu sekali bagaimana ia justru tersiksa karena keputusannya untuk mengubur perasaannya sendiri kepada Lilac dan akhirnya berujung kepada kekalahan.

Ia mengalah setelah terpuruk selama dua tahun melepas Lilac-nya. Ia rela meluangkan waktu untuk pulang ke Seoul, mencari sosok Lilac-nya, dan akhirnya... yah... ingatannya buruk sekali. Sehun tidak ingat banyak hal selain bertemu dengan perempuan di dekat toko bunga Chrysanthemum setelah ia keluar dari stasiun bawah tanah. Perempuan itu membuatnya teringat Lilac lagi, mengingat Lilac sebagai Chrysanthemum, dan enggan untuk lupa hingga sekarang.

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang