31| Oktober 2018 - What The...

688 112 23
                                    

kuatin yhaw. hampir 3k words heheh
.
23 Oktober 2018
.
.
Sore itu, Luhan baru saja keliar dari kamar mandi selepas membersihkan dirinya. Luhan menggulung rambutnya yang basah dengan handuk, lalu berjalan meraih ponsel di meja dekat pintu kamar mandi, lalu melangkahkan kaki berbalik sandal berbulu abu-abunya, dan berakhir duduk di tepian tempat tidur. Jemari Luhan bergerak, mencari-cari notifikasi pesan dari Minhyuk. Lelaki itu belum memberi kabar setelah kepergiannya.

Tadi pagi Minhyuk memulai perjalanannya ke luar negeri untuk suatu hal penting. Amsterdam. Mungkin Minhyuk sedang terlantung-lantung entah di langit yang menaungi negara mana, atau justru Minhyuk kecapekan dan berakhir tertidur di kamar hotelnya tanpa mengabari Luhan kalau ia sudah sampai. Minhyuk memang mudah melupakan banyak hal kalau sudah bertemu dengan kasur. Duh...

Menghela napas, Luhan meletakkan ponselnya pada tempat tidur. Kemudian ia menggosok-gosok rambutnya, bangkit lagi menuju meja rias, lalu mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Begitu selesai, Luhan kembali ke tempat tidur, duduk lagi, memeriksa ponselnya, dan barulah ia melihat notifikasi pesan dari Minhyuk. Baru 5 menit yang lalu.

Minhyuk
Maaf aku ketiduran hehe

Luhan sudah menduganya.

Minhyuk
Aku sudah sampai 1 jam yang lalu.
Lalu segera pergi ke hotel dan tidur.
Capek sekali~

Luhan
Baiklah. Istirahatlah saja.

Setelah pesan itu terkirim, tidak lebih dari dua detik pesan itu telah terbaca oleh Minhyuk. Lalu tidak lebih dari lima detik selanjutnya, nama kontak Minhyuk muncul lagi di layar ponsel Luhan. Kali ini lelaki itu meneleponnya, dan Luhan lantas menerima panggilan itu.

"Ya? Ada apa?" buka Luhan.

"Tidak apa-apa." Minhyuk terkekeh kecil. "Hanya ingin memastikan saja, kau tidak menangis setelah kutinggal."

Luhan memutar bola mata malas. "Tolong, Minhyuk. Aku geli dengan kalimat-kalimat seperti itu."

"Menyenangkan sekali bisa menggodamu."

"Ih!" Luhan berseru kesal. Minhyuk tertawa lepas. Mendengar itu, Luhan jadi melunak. Tawa Minhyuk yang lepas mengingatkannya dengan masalah yang sedang dihadapi Minhyuk sendirian akhir-akhir ini.

Minhyuk pernah bercerita padanya bahwa hubungannya dengan keluarga besar lelaki itu tidak berjalan dengan baik. Beberapa waktu yang lalu, Minhyuk dipaksa untuk menduduki jabatan tertinggi di perusahaan besar yang dikelola oleh keluarganya. Minhyuk jelas tidak menginginkan itu karena katanya, Minhyuk merasa jabatan itu sia-sia. Sebagian besar keluarganya juga akan menerornya karena masalah rebut-merebut kekuasaan. Bagi Minhyuk, itu kekanakan.

"Jangan terlalu dipikirkan," kata Luhan. Nada suaranya berubah kalem, lembut sekali di telinga Minhyuk. "Istirahatlah di sana. Aku tetap akan baik-baik saja di sini."

Di seberang sana, Minhyuk mengulas senyum. "Terima kasih. Tapi aku tidak yakin kau akan baik-baik saja."

Luhan berdecak, tidak membalas apa-apa.

Hening tiba-tiba. Cukup lama. Minhyuk tidak memulai pembicaraan, mungkin karena sibuk dengan sesuatu sebab Luhan bisa mendengar suara berisik di seberang sana. Sementara Luhan sendiri, dia tidak tahu harus membawa obrolan kemana lagi. Obrolan mereka tentang hidup mereka sudah cukup membuat Luhan pusing. Ia tidak ingin menambah beban lagi.

"Eh, Luhan," Minhyuk tiba-tiba memanggilnya. Luhan berdeham halus sebagai jawaban. Minhyuk memberi jeda cukup lama sebelum ia bertanya, "Setelah tahu tatapannya waktu itu, kau mau melepaskannya, atau tetap membiarkannya hidup dalam dirimu?" dengan ragu.

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang