22| October 2018 - Bad Day

581 102 11
                                    

8 Oktober 2018
.
.
"Aku tidak tahu kalau responnya akan cepat sekali." Luhan bergumam sambil membaca setiap kalimat dalam lembaran kertas di map tersebut. Setelah selesai, Luhan mendongak seraya berkata pada Hyejoo, "Siapkan dirimu, kita akan bekerja keras mulai besok."

Hyejoo tersenyum lebar. "Tentu saja!" sahutnya semangat. Sesudah itu Hyejoo mengambil kembali map yang dibawanya. Ia menatap Luhan sebelum dirinya pergi dari sana. "Eonnie," panggilnya.

"Ada apa?"

"Kupikir, mereka akan sangat menyukai apa yang eonnie kerjakan. Saat aku datang kemarin, mereka memuji semua hasil desain eonnie dengan heboh sekali. Mereka juga..." Hyejoo berhenti begitu melihat Luhan tertawa setelah mendengarnya berbicara. Hyejoo kebingungan. "Eonnie kenapa ketawa?"

Luhan menggeleng-geleng. "Aku tidak berpikir kalau respon mereka terhadap desain yang kukirimkan 'heboh' seperti yang kau sebutkan."

"Ih, serius..." Hyejoo meyakinkan sambil memasang wajah lucu. "Mereka berkata kalau semua contoh yang eonnie kirimkan kepada mereka sangat-sangat-sangat-"

"Kau melebih-lebihkan, Hyejoo. Untuk ukuran perusahaan besar yang meminta desain interior kantor baru mereka, mereka tidak akan bereaksi seperti itu. Aku tahu level mereka seperti apa, gaya mereka terlalu khas dan aku hanya mengirimkan seadanya."

"Tapi mereka mengakui kalau ekspektasi mereka terbayarkan ketika melihat desain milik eonnie." Hyejoo membela

Luhan tertawa lagi. "Kau menggemaskan sekali, Son Hyejoo."

Hyejoo merengut, wajahnya tertekuk lucu. Mungkin sia-sia juga ia mengatakan hal itu pada Luhan. Setelah mengenal Luhan, baginya, Luhan bukan perempuan yang mempan dengan pujian atau rayuan semacam itu. Kalau Minhyuk sedang menggodanya, Luhan hanya menatapnya tajam sambil menepuk lengan lelaki itu keras-keras. Luhan memang galak sekali kalau Minhyuk sudah menyerangnya dengan rayuan atau pujian apapun itu bentuknya.

Mengabaikan tawa Luhan, Hyejoo akhirnya menanggapi, "Ya sudah," dengan pasrah. Ia mengambil beberapa langkah mundur. "Di meeting pertama dengan klien kita, bolehkah aku yang mewakili?"

Luhan mengangguk sambil tersenyum. "Boleh," jawabnya. "Apapun untukmu, Hyejoo."

Hyejoo mengulas senyum cerah lagi. Ia berbalik sambil melompat, lalu berlari kecil keluar dari kafe milik Luhan.

Siang itu, Luhan duduk di tempat biasa ia duduk sendirian di kafenya. Ia selalu duduk di salah satu kursi stoolbar. Di sana, dia bisa mengawasi kerja para pekerjanya, serta melihat suasana kafenya.

 Di sana, dia bisa mengawasi kerja para pekerjanya, serta melihat suasana kafenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luhan suka ketika dirinya bisa menikmati waktu yang ada dengan mengamati sekitar. Akan tetapi siang itu, rasanya berbeda sekali.

Seperginya Hyejoo yang riang, Luhan jadi tidak tahu harus tetap mempertahankan senyumnya atau tidak. Ada yang ia pikirkan, dan itu membuatnya merasa kesal pada dirinya sendiri.

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang