52| Juni 2019 - Matahari

308 37 6
                                    

26 Juni
.
Irene duduk di tempat tidurnya, pagi hari itu. Seperti biasa, ia sering merasa tak baik-baik saja. Patah hatinya yang ia umbar telah ia lupakan, sebenarnya meluap kemana-mana. Irene tak baik-baik saja dari ia membuka mata saat bangun tidur, hingga kembali menutup mata saat tidur di malam hari. Setiap hari ia tak baik-baik saja.

Pagi itu, lagi-lagi seperti biasa, pikiran Irene tak bisa diajak bekerja sama. Bayangan Luhan yang membawa kotak dari Sehun saat mereka bertemu di kafe beberapa waktu yang lalu, kembali terngiang. Irene tahu kotak itu. Ia pernah melihat kotak itu sebelumnya, saat semuanya terasa masih baik-baik saja, saat ia dan Sehun masih bersama.

Irene masih ingat dengan jelas apa yang dikatakan Sehun saat ia melihat kotak itu pertama kali di ruang meeting-nya Sehun dan menanyakannya. Saat itu, Sehun sempat enggan untuk menjawab. Terlihat dari ekspresinya, dan bola matanya yang bergetar setelah mendengar pertanyaan Irene. Irene, sih, waktu itu berpikir kalau kotak itu memang penting sehingga Sehun harus melabelinya dengan kata 'important' biar dia tak salah sangka. Cuma, ya... Irene penasaran. Sehun terlihat mencurigakan sekali.

"Ini punya pamanku." jawab Sehun pada akhirnya waktu itu. Lelaki itu melirik ke arah lain sembari melanjutkan, "Isinya tentang pekerjaan kami berdua."

Waktu itu, Irene mengangguk paham. Saat Irene mendekati Sehun dan hendak meraih kotak tersebut, Sehun cepat-cepat menggesernya menjauh dari jangkauan Irene. Jelas, Irene kaget dan tak mengerti. Lebih tak paham lagi ketika Sehun menggeleng, isyarat melarang Irene untuk menyentuh atau melihat isi kotaknya. Wajah Sehun serius sekali. Seolah mewanti Irene untuk tak macam-macam dengan kotak itu.

Irene curiga, tapi diam saja. Irene penasaran, tapi menahan diri. Setiap dia di ruang meeting-nya Sehun, Irene sering sekali curi-curi pandang pada kotak yang kemudian disimpan Sehun di lemari buku dalam ruangan tersebut. Jujur, Irene ingin mengendap-endap dan melihat isinya. Namun mengingat wajah serius Sehun yang cukup menakutkan, Irene jadi urung.

Sampai kini, ketika ia dan Sehun sudah berpisah, Irene tak tahu isi dari kotak itu apa. Lalu beberapa waktu yang lalu, Irene melihat kotak itu ada di pelukan Luhan. Pun, ia melihat sendiri Sehun yang memberikan kotak itu pada Luhan, melihat wajah Luhan yang terkejut dan sumringah setelah membukanya, dan melihat betapa cerahnya kedua mata Sehun saat melihat Luhan tersenyum kepadanya.

Itu. Sungguh. Melukai. Hatinya.

Saat itu, Irene ingin sekali berlari keluar, berteriak macam orang kesetanan, lalu menangis di jalan.

Irene pikir, kotak itu berharga sekali bagi Sehun hingga Sehun melarangnya untuk melihat isi kotak itu dan menyimpannya. Irene pikir, Sehun tak menyembunyikan apapun darinya. Namun nyatanya...

Sesak. Irene merasakan itu. Ia menghela napas selagi memperhatikan gelas berisi sepertiga air putih. Ia baru saja meminum dua perempatnya sambil duduk, lalu meletakkannya di atas meja. Melamun. Menghela napas lagi.

Sampai kapan ia mengelabuhi teman-temannya bahwa ia telah melupakan Sehun dan sudah baik-baik saja tanpa lelaki itu? Sial. Sehun adalah cinta terlamanya, cinta yang selalu dia damba dan cinta yang membuatnya jatuh hati ke jurang terdalam. Mana bisa Irene melupakannya begitu saja?

Tiba-tiba ponselnya yang ada di dekat gelas, bergetar. Perhatian Irene teralihkan. Jongin mengiriminya pesan.

Jongin
Jadi datang ke acaraku dan Kyungsoo, tidak?

Oh. Iya. Besok pasangan itu mengadakan acara kecil-kecilan seminggu sebelum pernikahan mereka. Irene dengar, acara itu dihadiri teman-teman terdekat Jongin dan Kyungsoo. Waktu diundang, Irene sebenarnya sudah berpikir kalau Sehun dan Luhan juga akan diundang. Seolah tahu kekhawatirannya, Jongin bilang kalau Sehun sedang ada urusan di Daegu jadi tak bisa hadir. Saat itu, Irene lega luar biasa. Irene tak bisa membayangkan bagaimana piasnya ia kalau Sehun dan Luhan datang.

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang