[EXTRA #2] Selamat Ulang Tahun!

214 42 5
                                    

Sebelum kumulai cerita ini, kuingin ucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan ya... Apabila aku ada salah kata atau perbuatan, mohon dimaafkan, lahir dan batin hehe. Semoga amal ibadah kita diterima dan jadi berkah buat kita yaps!

Cerita ini menurutku aman, sih. Tapi untuk jaga-jaga, baca aja setelah berbuka puasa bagi yg menjalankan. Yang lain bisa baca sesuka kalian ehe.

.
.
Luhan tak ada saat Sehun bangun. Biasanya, sih, Luhan berangkat dulu ke studio untuk mengurus ini-itu. Luhan memang terlalu rajin. Pantas usahanya lancar terus. Sehun bangga pada istrinya.

Malas, Sehun turun dari tempat tidur. Ia berjalan terseok-seok menuju dapur. Matanya mengerjap-ngerjap, wajahnya lebih mirip bantal. Ia membuka pintu kulkas, mengambil sebotol air dingin, lalu menutupnya. Saat itulah ia sadar kalau ada sticky notes tertempel di pintunya. Kemudian Sehun melirik, membacanya, tersenyum. Sticky notes itu dari Luhan untuknya.

Aku tadi sempat memasak. Kalau kau bangun dan makanannya sudah dingin, kau bisa panaskan lagi. Maaf tak bisa sarapan denganmu. Aku terburu-buru, hehe.

Lilac.

Refleks Sehun menoleh ke arah meja makan. Ada tudung di sana. Mungkin isinya makanan. Sehun membukanya, dan melihat ada semangkuk sup, nasi, dan telur gulung untuknya. Sehun tersenyum kecil. Kemudian Sehun duduk di kursi kosong, makan sendirian.

Agak sedih sebenarnya Sehun makan sendirian. Luhan sering sekali pergi sebelum dia bangun. Sehun, sih... bangunnya selalu kesiangan. Sekarang sudah pukul 11 dan dia baru bangun. Sehun sering mengerjakan pekerjaannya di malam hingga dini hari soalnya. Saat matahari sedang beraktivitas seperti ini, Sehun lebih sering keluar---bertemu klien, mengecek bahan material, mengkoordinir pekerjanya pula. Urusan internal pekerjaannya, Sehun melakukannya di malam hari.

Pusing.

Dan Luhan maklum.

Pertama kali Luhan tahu pola tidur dan pekerjaannya yang demikian, perempuan itu protes. "Kenapa kau tidak bisa menggeser sedikiiiiiit saja waktu kerjamu ke waktu yang lebih manusiawi? Lihat, kantung matamu menyeramkan." sambil merengut dan mengernyit dongkol, Luhan berkata demikian. Namun pada akhirnya, Luhan memberi pengertian. "Asal habis itu kau tak sakit. Awas kalau sakit!"

Menggemaskan sekali perempuan itu. Sehun jadi penasaran, apa yang Luhan lakukan selain mengukur ukuran tubuh kliennya sekarang ini? Jadi setelah makan, Sehun segera meraih ponsel. Sehun menelpon Luhan.

"Oh. Kau sudah bangun?" pertanyaan itu Luhan layangkan padanya sesaat setelah panggilan itu tersambung. Sehun mengiyakan. "Baru saja?"

"Sudah dari tadi. Aku barusan makan." jawab Sehun. Luhan berdengung-dengung kemudian.

"Kenapa menelepon?"

"Hanya ingin mendengar suaramu saja, sih. Kangen..."

Kemudian Sehun mendengar Luhan terkekeh. Sehun menghangat seketika.

"Kenapa tertawa?"

"Tidak apa-apa." Luhan menjeda. "Hari ini kau mau melakukan apa saja? Ada jadwal?"

"Nanti, sih, aku bertemu klien. Mungkin aku free nanti sore." jawab Sehun. "Ada apa?"

"Kalau begitu sore nanti mampirlah ke kafe. Ada yang ingin kuberikan padamu."

"Kenapa tidak di apartemen saja?"

"Kau tak ingin kita sekali-kali menghabiskan waktu bersama di luar?" tanya Luhan.

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang