43| 26 Februari 2019 - Kecewa

382 59 18
                                    

"Aku tak pernah mendengar kabar Minhyuk darimu. Dia baik-baik saja?"

"Baik, kok." jawab Luhan pendek. "Cuma sedikit sibuk saja. Dia jarang menghubungiku."

Sehun mengangguk-angguk mendengar jawaban Luhan. Dia memang tidak suka dengan hubungan antara Minhyuk dan Luhan. Namun ia tetap saja penasaran mengenai kabar lelaki itu. Sebab semestanya Luhan juga bergantung pada Minhyuk. Minhyuk yang mengusahakan banyak cara untuk mengakhiri hubungan serius-tak-seriusnya dengan Luhan. Sehun iri ia tak bisa membantu banyak untuk semestanya Luhan.

"Kemarin Minhyuk menelponku." cerita Luhan tiba-tiba. Perempuan itu menyimpan ponsel pada saku kardigannya lalu tersenyum pada Sehun. "Katanya lusa dia pulang kemari."

"Memangnya Minhyuk habis dari mana?"

"Amsterdam. Masalah kerja sama atau apalah itu. Aku pernah menceritakannya padamu."

"Oh..." Sehun mengangguk-angguk lagi. Ia berjalan pelan mengiringi Luhan untuk keluar dari Chrysanthemum siang itu. "Dia bilang apa lagi?"

Luhan nampak mengingat-ingat. "Dia hanya menanyaiku kabarku, kabarmu juga, masalah kerja sama itu, sama cerita tentang banyak hal yang dia lalui di sana. Aku jadi kasihan dia harus berjuang lebih untuk mengakhiri hubungan tak jelasku dengannya ini. Andai saja aku punya cukup 'power' untuk membantunya."

Sehun tiba-tiba jadi tidak tahu harus merespon apa. Pikirannya melayang ke masalah lain. Iya, dia tahu Minhyuk sedang berjuang untuk Luhan. Tapi, memangnya dia sudah berjuang juga untuk Luhan yang semestanya sedang kacau?

Luhan memang tidak banyak cerita tentang masalahnya dengan ibu dan perusahaan keluarganya Minhyuk. Sehun hanya yakin masalah itu tak lama lagi akan selesai dan Sehun bisa memiliki Luhan seutuhnya. Namun Sehun merasa ini tak adil juga untuk Minhyuk.

Hei, Minhyuk yang sudah susah payah berjuang melepaskan diri dengan Luhan lalu tiba-tiba Sehun datang untuk menikmati hasilnya? Sehun pasti sudah tak waras karena membiarkan cintanya diperjuangkan orang lain untuk bisa bebas. Sehun harus melakukan suatu hal untuk membantu.

Tapi di posisinya yang sekarang ini, bisakah dia melajukan bidak untuk menyerang?

Selama mereka berjalan menuju mobil Sehun yang terparkir tak jauh dari kafe Luhan yang ada di Seoul itu, suasana hening menyelimuti mereka. Luhan tak mengatakan apapun setelah bercerita demikian, sementara Sehun larut dalam pemikirannya sendiri. Keduanya masuk ke dalam mobil sebelum Sehun melajukannya menuju luar kota. Tujuannya adalah Daejeon.

Hari itu, Luhan berencana untuk menemui ayahnya yang kini bertempat tinggal di Daejeon. Semalam ia ditelpon Jian, adik tirinya, yang mengabari bahwa ayah jatuh saat bekerja. Luhan khawatir, tentu saja. Jadi dia menyempatkan diri untuk melihat keadaan ayahnya, dan Sehun ngeyel ingin mengantar padahal kemarin-kemarin bilang lelaki itu sedang sibuk luar biasa.

Alah! Sibuk apanya kalau hampir setiap hari Luhan melihat lelaki itu bersantai di Chrysanthemum dan menggodanya setiap kali Luhan lewat untuk memeriksa kerja para baristanya? Dasar aneh.

"Oh. Sebentar." Sehun tiba-tiba bersuara setelah bermenit-menit lamanya mereka dirundung keheningan. "Aku baru ingat sesuatu yang tertinggal di apartemen. Kau tak masalah kalau kita putar balik sebentar?"

"Tidak apa-apa." ujar Luhan tersenyum sambil mengangguk. "Aku benar-benar luang setelah ini jadi tidak masalah kalau aku sampai di sana nanti malam."

Sehun menyeringai usil setelah mendengar tanggapan Luhan. Ia memutar arah sambil bertanya, "Oh. Yang benar tidak apa-apa kalau kuberangkatkan kau nanti malam?"

"Ih," Luhan mengernyit lalu tertawa geli melihat ekspresi Sehun itu. "Wajahmu menggelikan." komentarnya mengejek.

Sehun tersenyum, terkekeh, lalu meraih jemari Luhan untuk digenggamnya selama perjalanan menuju apartemennya. Luhan merasa hatinya mencelus hangat karena kebiasaan Sehun ini. Luhan memandangi sela jemarinya yang ditelusupi jemari Sehun dengan sebuah senyum terlukis di wajahnya. Ia membalas perlakuan itu dan merasa semestanya menjadi seimbang seperti sedia kala.

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang