09| 29 June 2018 - Cincin

777 130 30
                                    

"Untuk apa lagi kau kemari? Aku sudah muak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk apa lagi kau kemari? Aku sudah muak. Aku tahu dan kau tidak perlu menjelaskan."

Tipikal perempuan yang sedang cemburu sekali. Sehun maklum, dan dia berusaha untuk sabar.

"Aku tahu aku salah."

"Ya, kau memang salah."

"Maka dari itu aku mendatangimu, meminta maaf padamu."

"Aku tidak membutuhkan itu."

Hening sejenak.

"Lalu apa yang kau butuhkan?"

Irene tidak menjawab apa-apa. Dia hanya menatap Sehun untuk sejenak, sebelum akhirnya menunduk dan mengurai tangis yang selalu mendung berarak-arak dalam dirinya. Irene menangis dan ia lantas mundur berjalan menjauhi Sehun. Ia tidak mau terlihat lemah di mata Sehun karena ya, Sehun tidak pantas melihat kelemahannya.

Setidaknya untuk saat ini.

Melihat Irene menangis karenanya, dada Sehun mencelus. Ia tahu ia telah menyakiti Irene karena kepahaman Irene tentang suatu hal yang tidak bisa ia pahami. Tapi kenapa Sehun tidak merasa teramat sakit melihat Irene menangis karenanya? Hatinya memang mencelus. Hanya saja, kali ini, rasanya seperti mencelus yang biasa saja.

Tunggu. Ada yang salah dengannya.

"Kau pikir, apa yang aku butuhkan?"

"Kejelasan."

"Semua sudah jelas. Aku tidak butuh itu."

"Lalu apa?" Sehun bertanya, setengah putus asa, sisanya terlalu takut untuk melepas Irene.

Mereka sebentar lagi akan menikah. Hanya butuh hitungan minggu dan semua yang telah mereka rencanakan akan terlaksana. Sehun tidak ingin masalah salah paham ini jadi semakin besar dan akhirnya rencana yang telah mereka susun menjadi hancur.

Irene yang tidak kunjung menjawab membuat Sehun uring-uringan. Lelaki itu berdecak, lalu mengambil langkah mendekati Irene, mengikis jarak di antara mereka berdua.

"Tatap aku," kata Sehun tegas, dalam. Seperti tersihir, Irene mendengak menatap Sehun dengan matanya yang basah. "Apakah kau merasa aku mempermainkanmu? Lihat aku, lihat mataku."

"Sehun..." Irene mendesah sedih. Menatap mata Sehun membuatnya tenggelam dalam luka. Ada kilat kesungguhan di sana. Tapi kenapa hatinya justru berkata bahwa Sehun berusaha untuk membuatnya percaya?

Percaya pada kebohongan yang tidak pernah Sehun sadari.

Irene sadar. Iya, dia sadar. Sehun telah berpaling.

"Apa yang kau lihat di mataku?"

"Kebohongan." Irene berbisik, sangat pelan, dan Sehun tidak mengerti. Ia mengernyit dan melihat Irene kini menatapnya dengan kemarahan. "Kau bohong dan kau tidak menyadari itu."

Tu Me Manques [HUNHAN GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang