Eps. 20 : Bersatu

1.9K 209 51
                                    


Kalau part ini kurang manis, silahkan taburi gula sendiri-sendiri~ 😁😛

...

Woojin membulatkan kedua matanya ketika mendengar pernyataan yang baru saja Jihoon katakan padanya barusan.

"a-apa? barusan kau bilang apa?"

"a-aku.. Aku pacarmu!"

Hening.

Keduanya saling diam.

"Apa.. maksud mu? Kau pacarku?"
Jihoon hanya diam tidak bergeming. Ia menunduk dengan semburat merah yang sudah memenuhi wajahnya hingga telinganya.

Woojin tidak tau sungguh tidak tahu harus berkata apa. Ia sendiri bingung apa maksudnya dengan kalimat itu. Jelas-jelas kemarin dia menolak perasaannya, dan sekarang dia bersikap seperti ini lagi. Ingin mempermainkannya lagi huh?

"Jihoon sudah ku katakan padamu, jangan pernah mempermainkan perasaan ku jika kau tidak ingin memberiku harapan apapun, aku akan benar-benar membencimu setelah ini," ucapnya dingin.

Jihoon masih tetap menundukkan kepalanya. Ia sadar apa yang diucapkannya tadi keluar tanpa di fikirkan terlebih dahulu. Itu refleks begitu saja dari isi hatinya. Ia sendiri pun tidak mengerti.

"Jihoon.."

Dia tetap bungkam, dan tetap menunduk dengan wajah yang kini sudah memerah sempurna. Jantungnya berdebar dengan kencang saat ini.

"Kalau kau tidak mau bicara, ku anggap kau memang seorang pria brengsek yang mempermainkan perasaan orang lain," ucapnya lagi dengan dingin.

Namun memang Jihoon lagi-lagi tidak menjawab dan hanya menunduk. Sampai akhirnya Woojin pun menghela nafasnya jengah dan berbalik pergi dari ruangan tersebut.

Namun tiba-tiba saat akan keluar dari dalam ruangan, sesuatu menubruknya dengan kencang hingga melimbungkan tubuhnya kedepan. Woojin terkejut, ia melihat sebuah tangan melingkar di perutnya dengan erat dan punggungnya terasa basah-menghangat. Ia menoleh ke belakangnya.

Jihoon memeluknya erat..

"Jangan pergi.. hiks,"

Pria cantik ini menangis..

"Aku kesal, cemburu, melihat mu tersenyum pada Chae Yeon, hatiku sesak rasanya, aku benci itu.. hiks,"

Woojin hanya diam mendengarkannya. Tanpa bermaksud membalas pelukannya.

"Aku pun tidak tahu kenapa aku bisa mengatakan hal ini padamu, kalimat itu.. keluar begitu saja dari mulutku.. hiks," ucapnya masih setengah terisak.

"Woojin-ah.. kenapa kau tidak pulang ke apartement kita? Hiks, aku kesepian.. hiks, kenapa kau pulang ke rumah Minhyun? apa kau marah padaku karena aku mempermiankan perasaan mu?.. hiks," isaknya.

"Maaf Woojin-ah.. hiks, jangan pergi lagi.. aku takut sendirian.. hiks, hanya kau yang ku punya Woojin-ah.. hiks, jangan pergi.. maafkan aku.. hiks," tangisnya semakin menjadi dan pelukannya diperutnya pun semakin erat.

Woojin pun tersenyum simpul mendengar penuturan Jihoon. Kenapa rasanya gemas sekali mendengar suaranya menangis seperti itu.

Ia pun melepaskan pelukan Jihoon namun pria cantik ini tidak mau melepaskan pelukannya dari sana.

"Jihoon-ah lepaskan tanganmu,"

"Tidak mau!" Tangisnya.

"Jihoon-ah.."

"Tidak mau.. hiks, nanti kau akan pergi meninggalkan ku lagi.. hiks," tangisnya semakin kencang.

Woojin menghela nafasnya sambil setengah tertawa kecil. Sungguh ia sangat gemas dengan perilaku Jihoon saat ini, seperti seorang anak kecil yang tidak ingin di tinggal pergi oleh ayahnya.

ROOM 101 (2Park) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang