Eps. 33 Finally

1.4K 116 91
                                    

Halohaaa~

Yampun aku ngebut banget ngerjain ini cerita, sumpah sampe gak peduli sama projek yang lain wkwkwkwk. Pokoknya sesuai janjiku sama kalian, Room 101 mendekati ending huhuhuhu syedih😭

Tapi mau di kata apa? Aku hanya seorang author yang harus menamatkan kisah ini😭

So, daripada banyak cakap, silahkan menikmati Room 101 edisi final💋💋💋

Check this out😎👉

.

.

.

.

.

Woojin memperhatikan Minhyun yang pendiam sejak beberapa menit yang lalu ia datang sampai detik ini, hanya diam dan melamun termenung duduk di sofa empuk itu sambil memandang ke arah luar jendela. Seperti ada yang di fikirannya.

"Apa yang sedang kau pikirkan Hyung?" Tanya Woojin yang menyadarkan lamunannya.

"T-tidak ada,"

"Jangan berbohong padaku," timpal Woojin kembali.

"Tidak ada, bukan urusanmu juga," ucapnya sedikit dengan nada ketus.

Woojin hanya mengangguk sesekali terkekeh lucu melihat tingkah hyungnya itu.

Minhyun mengacak rambutnya merasa bodoh sekali. Untuk apa ia memikirkan Jaehwan saat ini. Hello~ dia sudah bukan urusannya lagi, dia sudah bukan mantan kekasihnya lagi, catat itu Minhyun! Stop memikirkannya hanya karena tadi mereka bertemu.

Ia melirik Woojin yang tengah mengganti bunga Lily putih yang sudah lama dengan yang baru, wangi bunganya semerbak menyebar ke seluruh penjuru ruangan.

"Wow, harum sekali bunga ini, tidak seperti Lily putih yang kemarin ku beli, dimana kau membelinya Hyung?" Tanya Woojin.

"Yang pasti bukan di tempat yang kemarin,"

"Iya dimana?"

"Adalah pokoknya," jawab Minhyun dengan ketus.

Woojin hanya mengangkat sebelah alisnya heran melihat tingkah Minhyun yang berbeda setelah membeli bunga ini.

"Antarkan aku kesana nanti Hyung, aku akan membelinya di toko sana saja," ucap Woojin polosnya.

"Jangan!"

Woojin terkejut melihat respon sikap Minhyun, "kenapa?"

"T-tidak apa-apa, b-biar aku saja nanti yang kesana," ucapnya gugup.

Hmm? Woojin semakin heran di buatnya. Minhyun sepertinya menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi ya sudahlah, ia tidak ingin mencampuri urusan orang. Setidaknya bunga ini benar-benar harum dapat membuat Jihoon terlihat lebih tenang.

Ia menoleh pada lelaki cantiknya yang masih tertidur pulas itu. Ia mendekatinya dan tersenyum disana, merapihkan poni rambutnya yang sudah menutupi matanya. Ia melirik rambutnya juga sudah terlihat panjang sebahu, jadi terlihat seperti seorang gadis.

"Rambut mu sudah panjang seperti ini jihoon-ah, haruskah ku potong?" Tanyanya pada Jihoon yang tertidur.

Ia memperhatikannya lagi, wajahnya terlihat semakin cantik dengan rambut panjangnya ini, apakah harus ia potong atau tidak? Tapi ia terlihat manis. Jangan saja! Gumamnya.

"Mungkin akan kubiarkan panjang saja kali ini, sampai nanti kau bangun dari tidurmu, aku akan memotong rambut mu," ucapnya sambil tersenyum padanya.

Ia mengusap-udap kepalanya yang kini sudah tidak berbalut perban seperti tahun lalu. Dokter sudah mengatakan jika luka di kepalanya sudah membaik dan tidak perlu di perban lagi. Tangannya pun sudah lumayan pulih, luka-lukanya sudah terlihat kering sedikit demi sedikit. Kini hanya tinggal kaki kirinya saja yang masih harus di balut gip.

ROOM 101 (2Park) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang