4 | Tersesat

20 1 1
                                    

-⚠️-

"Ares, aku mau ngomong bentar di depan." Ucapku sambil melepas rangkulannya.

"Kenapa sekretarisku? Mau ngobrol perihal event? Boleh-boleh."

Ah, sungguh senyuman yang membuatku kesal. Kami berdua izin ke luar restoran untuk mengobrol empat mata.

"Sebenernya apa mau kamu?" Tanyaku serius pada Ares.

Sedangkan ekspresi Ares sudah berubah drastis dibanding ketika mengobrol dengan Verza tadi.

"Apa mau aku? Entahlah, apa ya? Aku mau kenalan doang kok." Jawabnya main-main dengan wajah serius.

"Serius Ares. Aku lagi ngobrol, dan kamu tiba-tiba datang dan berlagak aneh. Kamu pikir itu lucu?"

"Lagian siapa sih cowok itu?"

"Lagian kenapa sih kamu peduli?"

"Kubilang aku cuma kenalan."

"Begitu caramu kenalan?"

"Apa masalahmu?"

"Kamu! Kamu satu-satunya masalahku!"

Ares terdiam, "Oh, jadi begitu."

"Apa? Kamu mau membela apa? Bisa gak sih kamu gak urusin aku lagi."

"Aku benci melihatmu memberikan wajah yang kusuka untuk orang lain!!"

Aku tersentak mendengar pengakuannya itu. Namun pikiranku sedang jernih untuk menerima kata-kata darinya itu.

"Jangan ganggu aku lagi, Ares. Kita sudah berakhir."

--

Delyn pergi meninggalkanku yang sedang mengutuk diriku sendiri. Kenapa juga aku mengikuti diriku yang tersesat ini makin tersesat?

Aku melihat Delyn yang kembali ke meja tempat Rene dan pria itu. Kembali bercanda bagai tidak ada masalah apapun.

"Res? Napa lu nunggu di luar?" Tanya Varrel yang baru saja datang.

"Kenapa baru dateng?"

"Macet, brad."

"Di kasur?"

Varrel terkekeh, "Yaudah ayo masuk."

"Lain kali aja. Aku males, mau pulang." Aku berjalan pergi meninggalkan restoran tersebut.

"Lah, napa? Woy, Ares!"

--

"Si Ares kenapa si? Kesel gue." Tanya Rene ketika aku kembali duduk di meja mereka.

"Gak paham. Maaf ya Verza."

"Kenapa minta maaf? Dia tadi temen kamu, kan?" Verza tertawa.

"Lagi punya beban kali, biasa orang ganteng dan sibuk mah pasti lagi di fase sinting." Rene mendumal.

"Hahaha parah. Kaget aku, dikira siapa, bule tiba-tiba duduk di sini."

"Lupain aja orang itu," Aku tertawa.

Kami pun kembali mengobrol bersama. Di akhir perjumpaan, Verza meminta id line-ku agar kami bisa saling berkomunikasi kembali. Dengan senang hati aku memberikannya.

"Makasih hari ini ya, Rene, Delyn juga." Verza pamit.

"Makasih juga, Za. Kapan bikin pagelaran lagi?" Tanya Rene.

"Nanti deh, nunggu Dani kayaknya. Gak ada dia gak seru."

"Haha iya bener. Yaudah dadah!"

Verza memandang padaku sambil tersenyum kemudian melambai. Setelah dirinya tak terlihat lagi, aku dan Rene masuk ke dalam mall lagi untuk sekedar hang out.

Still xx You (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang