Aku menatap kotak susu yang sudah tersimpan manis di meja kerjaku di ruang sekretariat. Susu rasa melon kesukaanku. Terdapat memo yang menunjukan kalau ini diberikan padaku. Tapi aku tidak tau siapa pengirimnya.
"Mochi, tau gak ini siapa yang ngasih?" Tanyaku pada Mochi yang sedang merapihkan rak.
"Hm? Entahlah, aku dateng pun udah ada di situ."
Aku memiringkan kepalaku lagi, aku sepertinya bisa menebak dari tulisan tangannya, tapi aku tidak mau menerima jawaban itu.
"Aku ke kelas ya, Chi." Pamitku sambil membawa kotak susu tersebut untuk aku minum.
"Iya, kak Delyn."
Aku memperhatikan kembali kotak susu tersebut sambil mengerutkan dahi. Membuatku tak fokus dan menabrak seseorang ketika sampai di depan lift.
"M-maaf!"
"Matamu masih buram bahkan setelah operasi lasik?" Jengkel seseorang yang tidak ingin aku temui. Aresta Riazki.
"Aku kan udah minta maaf." Jengkelku, masuk kedalam lift dengannya. Kebetulan hari ini kelas kami disatukan dalam satu jadwal dan satu ruang kelas.
Ares menatap acuh tak acuh pada kotak susu yang aku genggam. Membuatku yakin sekali kalau tebakanku benar.
Aku mendengus, "Ini bukan sogokan atau racun, kan?"
"Kurang aja kalo ngomong." Jengkelnya.
"Lalu?"
Ia memalingkan wajahnya, enggan menatapku, "Rasa terima kasih sama maaf doang." Ucapnya pelan.
Aku bergumam panjang pada jawabannya itu.
"K-kamu kan masih harus masak di rumahku buat 2 bulan! J-jadi itu imbalan buat seminggu ini dulu."
Kenapa sih dia jadi aneh begini? Apa kepalanya terbentur?
"Iya iya,"
Kami berjalan menuju kelas kami. Lalu tiba-tiba pesan masuk dari smartphone Ares. Ia membukanya sambil tetap berjalan seiringan denganku.
Aku melihat Ares mengerutkan dahinya keheranan, membuatku bertanya-tanya siapa yang mengirimkan pesan padanya.
"Siapa sih ini?" Tanyanya.
"Kenapa?"
Ia memperlihatkan layar ruang chat WhatsApp dari nomor tidak dikenal. Fotonya pun bukan foto sang pemiliknya, melainkan seorang idol korea.
[Aresta, apa kabar? Masih inget aku?]
"Siapa?"
"Justru aku juga gak tau, Lyn."
"Tanya lah."
"Males anjir, spam. Lagian jijik banget pake kalimat 'masih inget aku'. Berlagak kayak mantan aja."
Aku menatapnya jengkel, "Memang mantanmu kali,"
"Aku gak punya mantan lagi selain kamu, sumpah."
Aku terkejut dengan jawabannya itu. Itu artinya aku cinta pertama dia? Ah, jangan baper, Delyn. Orang brengsek ini tidak bisa di tebak kapan dia berbohong.
"Aku block aja kali ya?" Tanya Ares lagi.
"Terserah, aku gak peduli juga." Aku berjalan mendahuluinya untuk menghampiri Rene yang sudah ada di depan kelas.
Soal pengirim pesan pada Ares, aku bisa menebak siapa yang mengirimnya. Tapi aku takut kalau tebakanku benar.
[Ini aku, Galuh Candrani. Temen SMP kamu dulu]
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Teen FictionPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.