12 | Menemani

6 1 0
                                    

Langit sedang cerahnya hari ini. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya di mana hujan terus menerus terjun tanpa bosan.

Aku memeriksa arlojiku, waktu menunjukan pukul 11. Masih terlalu awal dari waktu yang di janjikan. Tapi aku lebih memilih untuk menunggu orang itu datang di mobilku.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Delyn yang sudah siap untuk memasak sarapan di rumahku.

Aku yang sedang memilih jas pun menoleh, "Oh, kamu dateng. Maaf aku mau pergi."

"What? Kamu gak ngasih tau dari awal? Tau gitu aku gak belanja."

"Well, sorry. But i had to go now. Simpen aja di kulkas buat makan malem."

"You're a-hole, Res."

"Ya, i know. Bye." Aku mengecup pipi Delyn, kemudian pergi meninggalkannya yang tak hentinya mengumpat.

Yah, semoga saja itu tidak membuatnya kapok untuk rajin membuatkan aku makan. Sudah hampir satu bulan. Satu bulan lagi untuk kembali memanjakan perut.

Di depan perempatan komplek, aku menunggu seseorang yang punya janji untuk pergi bersama denganku. Seharusnya sih aku lebih baik menunggu di dalam mobil. Tapi karena cuaca sedang cerah, aku memilih untuk menikmati cahaya matahari sambil bersandar di depan pintu mobil.

Dan pilihan itu membuatku risih sendiri karena beberapa ibu-ibu dan cewek yang lewat dengan motornya itu menggodaku. Aku juga menjadi pusat perhatian pada pejalan kaki yang juga penghuni komplek.

"Itu artis ya?"

"Bule ih, ganteng."

"Minta foto yuk?"

"Engga ah malu."

"Kayak liat jodoh, ya ampun."

Astaga, aku akan menunggu di dalam mobilku saja.

"Loh, Ares?"

Hendak masuk ke dalam mobil, seseorang memanggil namaku. Aku pun menoleh, ternyata bukan seseorang yang ingin aku temui.

"Ah, Verza rupanya." Aku tersenyum kecut.

"Ngapain disini?"

Apa tidak masalah ya kalau aku jujur?

"Nunggu seseorang, ada janji ke acara di Hotel Grand Txx."

"Oh, bareng adik gue?"

Bingo.

"Ya, begitulah."

Verza mengangguk. Sepertinya ia mengizinkanku pergi dengan adiknya. Kemudian ia kembali menatapku.

"Delyn lagi apa?"

Kenapa harus orang itu, pertanyaan itu dan kenapa harus gue yang di tanya seperti itu?

"Kamu gak nanya langsung ke Delyn?" Jawabku, "Bukannya kalian udah jadian ya?"

Verza tertawa, "Iya. Maaf, kayaknya Delyn sudah bukan urusanmu lagi ya?"

"Yah.." Aku mulai malas untuk melanjutkan obrolan ini. Dia sudah mengetahui kalau aku ini mantan Delyn rupanya.

"Kalau gitu, hati-hati di jalan. Aku izinkan kamu sama adikku kok. Cukup adil, bukan?"

Aku hanya menarik sebelah bibirku untuk tersenyum. Kurang ajar juga orang ini. Rasanya ingin aku pukul.

"Kak Ares, maaf nunggu lama. Eh, kak Verza udah belanjanya?"

Kedatangan Verga membuat emosiku mereda. Ia datang dengan penampilan berbeda, di bandingkan terakhir melihatnya kala acara kampus. Dia berdandan elegan. Tubuh mungilnya cocok dengan gaun yang ia pakai

Still xx You (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang