Langit Bandung sedang mendung, namun tidak ada tanda-tanda kalau hujan akan turun. Sama seperti diriku, sendu namun tak berniat untuk meneteskan air mata.
Sudah cukup dengan semua yang terjadi padaku akhir-akhir ini. Mungkin ini pilihan tepat untuk aku membiarkan hatiku terbebas dari siapapun.
Saat aku sampai di depan rumahku, dan hendak membuka pintu pagar, tiba-tiba seseorang menghampiriku dan sedikit berteriak.
"Stop exactly where you are." Perintah orang itu yang ternyata adalah Ares.
Aku mendengus pasrah, "Apa sih mau kamu?"
"Kamu salah belok, babe."
"Ha? Apa yang—!?" Aku terkejut dengan ucapan Ares dan dirinya yang tiba-tiba menarikku masuk ke dalam rumahnya.
"Lepasin, Ares!" Aku meronta, namun genggaman Ares semakin kuat.
"Shh! Udah diem aja kenapa sih?"
"Aku gak mungkin diem kalo kamu lakuin ini!"
"Udah ikut aja!" Ares akhirnya memilih opsi menggendong tubuhku agar aku tak bisa menahannya lagi.
"Ares!!!" Sekuat apapun perlawananku dan sekeras apapun teriakanku, Ares tetap keras kepala membawaku masuk ke dalam rumahnya, kemudian menurunkan aku di kursi meja makan.
"Aku mau pulang!!"
"Tunggu dulu! Dengar penjelasanku!"
Aku pun terdiam, penasaran dengan apa yang akan dia katakan.
"Sebenarnya kemarin aku mengobrol dengan tante Clara, kalau kita sudah memperbaiki hubungan kita."
"Hah?! Memperbaiki dengkulmu! Kenapa malah bicara omong kosong pada mama!?"
"Toh dia percaya. Lalu memangnya kamu mau pulang dan menjelaskan lagi padanya? Mau membuat mama mu semakin pusing?"
"Kau brengsek."
Ares menyengir, "Thanks. Sudah lah, kau pasti lelah setelah sertijab dan meronta tadi, kan? Aku buatkan kamu puding!"
Aku menghembuskan napas, "Terserah kau saja."
"Hehe, bukankah lebih baik begitu daripada membuat dirimu lelah sendiri. Nih." Ares memberiku sepotong puding kue yang baru diambilnya dari kulkas.
"Serius buatan kamu?" Tanyaku tak percaya karena rasanya yang enak.
"Engga sih, buatan Athena." Ares terkekeh, dibalas dengan tawa jengkelku yang kembali menyuap puding ke mulutku.
"Oh iya, kemana kak Athena?"
Ekspresi riang Ares berubah sedikit murung, "Pulang ke Aussie."
"Hm? Kenapa?"
"Tiba-tiba dia sakit dan ingin tinggal dengan mam dan dad. Tapi dia baik-baik aja. Gak usah khawatir."
Aku mengangguk pelan, "Dan kamu bakal tiap hari makan makanan cepat saji lagi?"
Ares mengangkat bahunya, "Warteg pilihan kedua."
"Ish, ya udah biar aku masak lagi di rumahmu."
Ares tersenyum puas, "Yeay."
"Jangan geer, aku cuma mau membalas kebaikan orang tuamu saja. Juga menggantikan posisi kakakmu."
"Iya aku tau, orang tuaku memang berharap kita menikah. Oh iya, Athena suka minta temenin tidur, kamu mau aku kelonin juga?"
"Tapi kubunuh ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Teen FictionPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.