34 | Sorrow

8 1 3
                                    

"Mam, aku sudah sampai bandara." Ucapku menelpon mam ketika aku sudah sampai Aussie.

[Dad yang akan menjemputmu nanti.]

"Baiklah."

Aku menutup panggilan itu dan duduk menunggu di kursi bandara. Lagi-lagi menghirup udara Australia. Semenjak pacaran dengan Marshall, rasanya aku ingin tetap tinggal di Indonesia. Namun lagi-lagi, aku mendapat mimpi menakutkan dan firasat buruk.

Kini seseorang yang berusaha meninggalkanku itu mencoba merangkak pada tubuhku sambil merintih kesakitan. Menakutkan sekali bahkan ketika sudah melupakannya.

Marshall bilang kalau lebih baik aku kembali saja ke Aussie dan tinggal lebih lama dengan orang tuaku. Dia akan menyusul setelah urusannya selesai.

Kukira Marshall tidak melakukan apapun dalam keadaannya yang seperti itu. Ternyata dirinya dan Dekka mempunyai pekerjaan yang begitu mulia. Kegiatannya adalah membantu orang-orang yang membutuhkan dengan cara melakukan sumbangan dan acara amal.

Aku tidak begitu paham detailnya, tapi itu membuatku semakin menyayanginya.

"Athena, dear." Panggil suara berat dari belakangku. Itu Dad.

Aku menghampirinya dan memeluknya dengan erat, "You know i really miss you."

"I'm so sorry," Dad tersenyum sambil mengelus rambutku, "Jangan khawatir, kami mengambil liburan kami untuk tiga hari ini."

"Ah, aku harap Ares di sini juga."

"Hahaha, lain kali mari kita pergi berlibur." Dad merangkul pundakku dan kami mulai berjalan pulang.

"Sound's really great. Aku bosan kalau pergi keluar negeri sendirian."

Sampai di rumah, aku membereskan barang-barangku. Karena sedikit lelah, aku membuat secangkir kopi untuk membuat pikiranku kembali rileks. Saat itu pula, aku melihat orang tuaku sedang sibuk, bersiap untuk pergi ke festival kembang api yang diadakan dekat dari rumah.

"James! Are you kidding me?" Histeris mam ketika melihat penampilan dad.

"What?"

"No, no no, you can't go with that suit."

"Why? I like this suit."

"No for today, honey."

Dad terlihat jengkel dengan sikap mam sedangkan aku hanya tertawa geli dengan kelakuan mereka. Hingga mereka pun akhirnya siap pergi.

"Dear, nanti kamu mau menyusul, kan?" Tanya mam.

Aku mengangguk, "Aku juga penasaran dengan festivalnya."

"Well then, walaupun seharusnya kau istirahat saja."

"It's ok. Aku rindu jalan-jalan dengan kalian."

Mam dan dad tersenyum, mereka pun pamit pergi duluan. Aku akan menikmati kopiku dulu kemudian bersiap.

Satu cangkir kopi pun habis, aku bersiap dengan memakai mantel dan syal. Saat keluar rumah, tiba-tiba aku merasa nyeri di dadaku. Rasanya sesak.

"A-apa ini.."

Kemudian sebuah mobil melaju cepat sekali melewati rumah. Aku juga mempunyai firasat buruk pada mobil yang menuju arah festival tersebut.

"Mam, dad!!"

Aku segera berlari menuju festival tersebut sambil berdoa, semoga mereka baik-baik saja.

Namun firasat buruk ku lebih benar. Sampai di festival itu, suasananya begitu kacau dengan kerusakan dimana-mana. Bersyukur tidak banyak korban yang terkena imbasnya. Namun aku masih belum yakin dengan keadaan orang tuaku.

Still xx You (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang