"Delyn!" Panggil seseorang ketika aku selesai mengobrol. Aku menoleh, kemudian tersenyum menyapa seseorang itu.
Ini hari kedua sekaligus acara puncak event yang himpunan kami adakan. Tidak ada rundown perlombaan lagi. Hanya pengumuman pemenang, dan penampilan dari special performance dan guest stars.
Tentu saja, tak lupa soal stand bermacam-macam minuman dan makanan. Mulai dari hidangan Indonesia, hingga Jepang. Juga stand merchandise yang menjual barang-barang berkaitan dengan Jepang dan Anime.
"Padahal aku suruh kamu dateng jam tiga aja." ucapku pada Verza yang sudah mampir pukul 1 ini.
"Bosen aku di rumah. Gak sabar pengen ketemu kamu juga."
"Haha ya ampun. Yaudah kebetulan aku luang juga. Mau keliling?"
Verza mengangguk sambil tersenyum. Yang membuatku terkejut adalah dirinya yang menggenggam tanganku. Aku menoleh pada tangan kami, kemudian beralih pada wajah Verza.
"Gak papa, kan?"
Aku bergeming sejenak kemudian tersenyum sambil mengangguk.
Tidak masalah, Delyn. Hanya menggenggam tangan, kan? Semua orang juga sering melakukan ini. Bahkan aku berapa kali menggenggam tangan Dani sambil bercanda layaknya anak kecil.
Tapi kenapa jantungku berdebar?! Sial!
"Btw si Dani mana? Aku gak liat Rene juga." Tanya Verza di sela jalan-jalan kami.
"Dani tidur. Dia kan koordinator logistik. Loading sampe subuh tadi. Kalau Rene dia bagian panitia acara. Sibuk banget hari ini."
"Wah, hebat. Kamu sendiri?"
"Aku cuma sekretaris. Tugasku selesai untuk sekarang."
Verza bergumam sambil mengangguk. "Lalu? Teman cowokmu kemarin?"
"Ha? Siapa?"
"Yang kemarin dateng tiba-tiba. Oh, itu orangnya."
Verza menunjuk seseorang di kerumunan dengan dagunya. Aku melihat ke arah yang di tunjuk nya. Seorang pria tinggi yang sedang sibuk dengan beberapa wanita di dekat tangga.
"O-oh, Ares?" Jawabku malas, "Kebetulan dia ketua himpunannya."
"Oh ya? Hm, gak aneh sih. Dia cukup terkenal."
Aku tersenyum kecut, malas untuk membahas orang itu.
"Delyn, mau aku beliin takoyaki?" Tawar Verza.
Aku mengangguk, kami berdua menikmati acara bersama. Membeli makanan dan minuman sambil menikmati lantunan musik yang dibawakan oleh band yang tampil.
Beberapa teman yang melihatku tersenyum jahil dan beberapa menyemangatiku. Senang, namun tidak juga. Tapi aku yakin rasa yang dominan adalah perasaan senang.
Lalu kami bertemu Dani yang menguap masih setengah sadar sedang merokok di belakang kampus.
"Hoi, Dani." Panggil Verza. Orang yang dipanggil menoleh pada kami. Ia bangkit dan menyambut kami dengan antusias.
"Anjir, apa kabar, brad!!" Dani memeluk Verza singkat sebagai salam.
"Ah, gini aja biasa. Tidur maneh?"
"Iya duh, biasa, kerja ikhlas."
"Hahaha, ikhlas gak ikhlas juga kerja terus maneh mah."
"Delyn kenal Verza?" Tanya Dani padaku.
"Iya, dari Rene." Jawabku.
"Eh iya, si Rene ke mana? Kangen teater jadinya."
"Iya hayu latihan lagi dong, brad." Ajak Verza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Dla nastolatkówPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.