-⚠️-
"Ares, hoi.. bangun!"
Aku perlahan membuka mataku. Ah, kenapa selalu saja membangunkanku di hari libur.
"Ares! Temani aku beli gitar, ayo!"
"Nghh.. kamu kan punya violin! Gak mau ah!!" Aku kembali menarik selimutku.
"Apa? Bilang sekali lagi?"
"Argh!" Aku terpaksa bangkit karena tidak ingin memperpanjang masalah dengan Athena. Karena itu akan sangat merepotkan.
"Aku ingin main gitar. Ayo beli."
"Ish, beli gitar udah kayak beli gorengan di perempatan."
"Mau nganter gak?"
Aku mendengus, "Iya, iya!"
Dengan jengkel, aku mulai membuka baju dan masuk ke kamar mandi. Setelah mandi dan memakai baju, aku turun untuk menemui Athena yang sedang makan es krim sambil menonton tv.
"Ayo," Ajakku yang sudah siap dengan kunci mobilku.
Athena menoleh dan menatapku dari atas sampai bawah.
"Apa? Udah ayo cepet!"
Ia menyengir, "Gak jadi, kalau dipikir aku malas juga. Lebih baik main violin."
Aku menganga mendengar ucapan Athena. Ingin rasanya marah, namun aku paham sikapnya ini. Dia akan super duper menyebalkan jika sedang datang bulan.
Tidak konsisten, tukang memaksa, berlagak tuan putri, sensitif. Ah! Menyebalkan!
"Terserah, aku mau ke cafe temanku saja." Jengkelku yang tetap pergi.
"Boleh aku nitip camilan?"
"Gak!"
Aku mulai menyetir mobilku menuju cafe milik Mochi. Ketika berhenti di lampu merah, aku melihat seorang nenek yang duduk di kursi roda, dibantu menyebrang oleh seorang kakek yang sepertinya suaminya.
Apalagi melihat senyuman canda gurau mereka yang begitu menghangatkan hati, seketika membuatku luluh.
Mereka pasangan yang hebat. Benar-benar menggenggam erat janji sehidup semati. Hubungan yang terlihat tidak punya masalah apapun. Jujur aku iri.
TIN!!
Aku tersentak dengan klakson mobil di belakangku. Ternyata lampu sudah hijau. Aku segera melajukan mobilku ke tempat tujuan.
"Oh, Kak Ares!" Seru Mochi, menyapaku ketika aku berjalan menghampirinya.
"Sedang ramai, ya?"
"Iya, syukurlah banyak pengunjung yang datang."
Aku mengangguk, "Pertahankan."
"Terima kasih, Kak. Mau kubuatkan sesuatu?"
"Hazelnut latte. Aku mau sambil ngerokok di depan." Aku melambai kemudian mengambil tempat duduk di luar agar bisa merokok.
Melihat sekelilingku, yang mendominasi cafe ini adalah dua sejoli yang sedang di mabuk asmara. Mereka sengaja berkencan di tempat ini karena tempatnya yang begitu estetik.
Membuatku sedikit risih, namun aku tidak peduli.
"Ini kak." Mochi memberikan segelas Hazelnut Latte pesananku. Ia lalu duduk sambil mengeluarkan rokoknya.
"Kamu gak balik kerja?"
"Lagi istirahat. Sekalian aja ngobrol di sini."
"Oh," Aku mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Teen FictionPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.