"Delyn kenapa makannya gak di habisin?" Tanya Verza membuyarkan lamunanku.
Ini sudah kencan kami berdua yang ke enam dalam 3 bulan. Kita sudah melewati banyak kesan dan sedikit cekcok. Namun kami sudah melewatinya dengan cukup baik.
Memang karena Verza sibuk bekerja dan aku sibuk dengan dunia kuliahku, kami jarang bertemu. Orang tuaku masih belum mengetahui hal ini dan sudah lama aku tidak mengobrol dengan Ares.
Ares bilang aku tidak perlu memasak untuknya lagi, dan dia butuh waktu untuk memulihkan dirinya. Entah kenapa Ia terlihat begitu kacau semenjak kedatangan Galuh. Ia jarang mengobrol banyak dengan teman-temannya juga dan lebih banyak menghabiskan waktunya seorang diri.
Tentu saja aku khawatir. Tidak ada orang yang tidak khawatir dengan hal itu. Tapi aku mengetahui Ares dengan baik. Jika memang dia minta untuk sendiri, tidak ada yang bisa memulihkan dirinya selain dirinya sendiri. Dan jika dia sudah tidak mampu, barulah dia akan mulai meminta pertolongan.
Itu yang aku lamunkan sedari tadi sehingga tak sempat menghabiskan makananku.
Aku menggeleng sambil tersenyum, "Gak papa, aku lupa sudah makan tadi pagi."
"Ah, harusnya kita makan camilan saja ya."
"Bukan salahmu, kok! Haha." Aku merapihkan alat makanku kemudian menggenggam tangan Verza, "Ayo kita jalan-jalan saja."
Verza menatapku kemudian tersenyum. Ia bangkit dari tempat duduknya kemudian merangkul bahuku. Kami melanjutkan jalan-jalan kami.
Hari ini kami mengunjungi salah satu wisata alam Bandung lainnya, Dusun Bambu. Seperti yang pernah kubilang, Verza lebih nyaman bepergian di alam. Aku pun tidak mempermasalahkannya. Aku sering sekali hang out ke Mall dengan Rene, jadi ini cukup seimbang.
"Lyn, aku ada kabar baik untukmu." Ucap Verza selagi berjalan.
"Oh ya? Apa itu?"
"Aku dapat cuti, dan aku berencana untuk menginap di villa bersamamu. Ada villa dengan pemandangan yang luar biasa indahnya."
Aku terdiam, menginap di villa, aku jadi teringat masa-masaku dengan Ares yang selalu pergi ke villa ketika liburan.
"Wow, itu ide yang bagus." Aku mengangguk pelan.
Seharusnya aku senang, tapi entah kenapa aku tidak merasakan letupan apapun dalam diriku. Apa aku mulai kebal dengan kejutan? Atau ide menginap di villa adalah hal yang membosankan untukku?
"Delyn? Apa kamu tidak setuju dengan rencana ini? Bilang saja."
"Ha?" Aku tersadar dari lamunanku, "Aku setuju kok! Seratus persen setuju!"
Verza terkekeh geli kemudian mengusap ujung kepalaku dengan lembut, "Kita menginap 2 hari 1 malam saja."
Aku mengangguk. Jujur, selama kami berpacaran, kami belum pernah melakukan hal romantis seperti pelukan dan, yah, ciuman. Dia menciumku pun sekali ketika pertama kali menembakku. Itu pun hanya di pipi.
Tiba-tiba mengajak untuk menginap di villa berdua adalah sebuah lompatan yang jauh. Bukan maksudku menginap berdua di villa maka kami berdua akan melakukan 'sesuatu'. Tapi, apa salahnya mengira-ngira, kan?
Apalagi pengalaman menginapku dengan Ares tentu saja, ada sedikit permainan ranjang. Membayangkan aku akan melakukan itu dengan Verza...
"Delyn? Kamu gak papa? Mukamu merah." Tanya Verza khawatir.
"Eh, ah, gak papa!" Aku segera memalingkan wajahku. Malu sekali rasanya!
"Membayangkan kita berjalan-jalan di pantai, membuat barbeque dan bermain kembang api dengan Delyn sepertinya akan menjadi liburan yang menyenangkan." Ucapnya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Teen FictionPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.