"Sudah, jangan ributkan hal yang gak penting. Nih makan, aku mau pergi, udah jam 9, janjiku jam 10."
"Setidaknya kamu juga sarapan dulu. Masih satu jam lagi."
"Aku sudah sarapan, dan aku juga akan makan siang di luar. Udah sana makan. Dadah!"
Aku melirik Delyn yang pergi terburu-buru. Cih, lihat wajah senangnya yang konyol itu. Benar-benar dibuat buta oleh pria yang entah aku tidak ingin membahasnya.
Aku mulai memakan nasi goreng omelette buatan Delyn. Ku akui, Delyn sangat pandai dalam hal memasak. Semua makanan biasa saja akan terasa luar biasa. Terutama ia dapat mematahkan sebuah kasus tak terpecahkan tentang kalimat -garam secukupnya'.
Ya, aku tau, hanya aku yang bodoh diantara kalian semua soal ini.
Setelah makan, aku membereskan piringku dan mencucinya. Aku melihat memo yang ada di microwave bertuliskan 'makan siang'. Pasti ulah Delyn. Isi microwave itu meat pie kesukaanku.
Dulu kami selalu membuat meat pie bersama. Walaupun bertahun-tahun aku membuatnya sedari kecil, meat pie buatan Delyn sudah layak disebut makanan dari surga saking enaknya.
Selesai mencuci piring, aku duduk di sofa ruang tengah sambil melamun. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan sepagi ini. Tidak ada kegiatan kuliah ataupun lainnya. Aku benar-benar luang hari ini.
Yang kubenci adalah, waktu luang yang aku idamkan ini malah menjadi membosankan karena tidak tahu harus melakukan apa.
Aku sudah membereskan kamar. Membersihkan bathtub, menyirami tanaman di halaman belakang yang sebenarnya tidak perlu aku siram karena hujan sedang rajinnya turun. Merawat koleksi bonsai milik Athena.
Seharusnya aku punya hewan peliharaan, anjing ataupun kucing. Hamster pun akan menarik. Jika saja Athena tidak memiliki alergi bulu hewan. Aku tidak mungkin memelihara reptil. Memelihara ikan pun membosankan jika hanya bisa melihatnya dari akuarium.
Aku semakin kesal karena setelah melakukan semua itu, waktu masih menunjukan pukul 11. Hanya menghabiskan 2 jam. Bravo.
"Hi, mam."
Akhirnya aku memilih menelpon mam.
[Hello, dear. Anything alright?]
"Yea, just bored and then make a call to you."
[Where's Delyn?]
Aku terdiam sejenak. Lagi-lagi nama itu.
"Delyn? She's kinda busy. Maybe."
[You don't have any plan to dating with her?]
"Mm, no i don't."
[Poor you.]
"Mam.." aku memelas.
[Fix up your relationship, dear. I need to go, see ya.]
Mam menutup panggilanku. Ah, ide yang tidak begitu bagus untuk menelponnya jika hanya ada Delyn dan Delyn dan Delyn lagi. Sial.
"Ah, seharian ini hanya akan jadi cerita tentang diriku yang sedang bosan." Keluhku.
Kemudian aku mendapat sebuah pesan dari Dani yang akhirnya mendobrak rasa bosanku.
[Ayok mabar, barudak!]
Aku membuka aplikasi gameku dan mulai bermain dengan Dani, Varrel dan dua temanku yang lain.
"Lawannya bocah semua kalo jam segini anjir." Ucapku sambil mengambil meat pie yang baru saja matang dari microwave.
[Makannya, sikat aja Res.] Ucap Dani lewat voice chat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Teen FictionPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.