Aku berangkat terlalu pagi hari ini, mengutuk diri sendiri yang tidak melihat jadwal semester yang baru.
Kini aku memasuki 2 semester terakhir di mana semakin sedikit jadwal mata kuliah yang sisanya akan di pakai untuk mengurusi tugas akhir yaitu skripsi.
Aku termasuk mahasiswa yang santai karena aku sudah memikirkan beberapa judul yang akan menjadi bahan skripsi. Bahkan semuanya sudah lengkap dengan data penelitiannya, hanya perlu menyusun. Namun, entahlah untuk dua teman yang sedang merenung di meja paling sudut perpustakaan.
Auranya begitu kelam, bagaikan masa depannya akan amat sangat suram. Aku tak menyangka mereka juga sudah ada di kampus, apalagi ada satu orang yang begitu alergi terhadap perpustakaan. Dia ada di sini. Membuat auranya makin gelap.
"Woi, kerajaan olympus kepada Varrel dan Dani. Di sini Ares sang dewa perang, apa kalian mendengarku?" Candaku menghampiri mereka.
Varrel menoleh dan menunjukan wajah suramnya, "Res.. gimana ini.."
Aku terkekeh sambil menyimpan tasku di meja. Kemudian duduk di sebelahnya. Karena kekonyolan mereka berdua, aku tidak jadi mengutuk salah melihat jadwal.
"Kalian kenapa sih? Pagi ini lagi cerah banget loh, kecuali kalian."
"Bangke lu Ares. Gak usah pura-pura gak tau gitu." Jengkel Dani yang dahinya masih menempel di meja perpustakaan.
"Aku pasti mimpi. Gak mungkin aku udah semester 7. Aku baru masuk kampus ini tahun kemarin loh." Kini Varrel yang mengeluh sambil menyandarkan kepalanya pada pundakku.
Aku mendorong kepala Varrel agar lepas dari bahuku, kemudian tertawa, "Skripsi doang, bisa nyari di internet. Mau gue kasih ide juga?"
"Bukan itu doang, Res. Kita belum ikut tes JLPT." Ucap Varrel masih lesu, disambung dengan acungan jempol Dani.
"Lah, kalian belum tes JLPT sama sekali? Varrel lu kan udah?"
"Iya, baru N4 anjir. Sidang kan harus N3. Nih, si bangsat ini yang harusnya lu teriakin. Dia belom ikut sama sekali!" Varrel menunjuk Dani yang belum mengganti posisinya.
Benar juga, sebulan lagi tes JLPT (TOEFL bahasa Jepang). Aku tidak lagi memikirkannya karena aku sudah lolos N3 tahun kemarin di semester 4.
Oh iya, bagaimana dengan Delyn, ya? Dia juga belum masuk N3.
-
"—intinya, jangan lupa dibaca terus-terusan biar gak lupa. Ganbatte, minna. Nah, ketua kelas, siapkan." Sensei menutup kelas hari ini dan menunjuk ketua kelas untuk menyiapkan.
"Kiritsu, rei!"
"Arigatou gozaimashita." Satu kelas kompak bersahut dan membungkuk pada Sensei. Sensei pun mengangguk kemudian keluar dari kelas. Begitu pula kelas kami yang mulai membubarkan diri.
Aku segera berjalan cepat dan menghampiri seorang wanita yang sedang mengobrol dengan sahabatnya. Kemudian berjalan sejajar dengan mereka berdua sambil sedikit-sedikit mencuri pandang.
Delyn yang terlihat mulai risih pun mendengus, "Apa?"
"Judes amat." Jawabku masih dengan senyuman tanpa ekspresi.
"Lu mau ikut kita makan, Res?" Tanya Rene. Tumben sekali dia tidak mengutuk apapun padaku hari ini.
"Kalian mau makan apa memangnya?" Tanyaku.
"Entahlah, Delyn kamu mau makan apa?" Rene balik bertanya pada Delyn yang mendengus pasrah.
"Aku lagi pengen makan mie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Teen FictionPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.