2. Mama

7.9K 538 16
                                    

Fuck.

Alexa tak henti-hentinya menyumpah dalam hati karena kelakuan cowok-cowok tidak tau malu yang sekarang tengah mengganggu kegiatan makannya.

"Kalian bisa pergi gak, sih!!" usir Alexa. Ia benci kegiatannya diganggu apalagi saat sedang makan.

"Numpang duduk doang masa gak boleh? Kita juga laper kali, gak ada tempat kosong lagi. Lo kan juga enak bisa ditemenin cowok ganteng kayak kita."

"Ganteng? Halu lo pada!" Alexa memilih pergi dari sana.

Tujuannya sekarang adalah gudang belakang sekolah. Gudang kosong yang nyaris tak pernah dikunjungi karena rumornya gudang itu berhantu. Tapi sekarang telah menjadi tempat Alexa membolos, entah ia tidur atau hanya sekedar merokok.

Sampai di sana, Alexa menemukan Ravin cs yang juga tengah nongkrong,. Ia memilih menduduk sofa lapuk di sebelah Kelvin.

"Kevin~ " panggil Alexa dengan lembut.

"Hmm, ada maunya, nih?" Cowok pecinta komik itu berdiri. Bersiap mendengar permintaan Alexa yang jika diabaikan gadis itu bisa merusuh.

"Beliin siomay mang Udin tiga porsi ya, trus minumnya es teh dua gelas, udah itu aja. Gak terlalu banyak, kan?"

Kevin alias kembaran Kelvin itu hanya mengangguk malas. Ya, memang tidak banyak menurut Alexa, karena makanan seporsi tidak akan cukup.

"Lo mau apa? pesen aja," tawar Alexa pada Kelvin.

Kelvin menggeleng saat mendapat pelototan dari sahabatnya. Karena Ravin yakin, dari tatapan sang pacar yang terus tertuju padanya pasti dirinya lah yang akan membayar. Untung ia orang kaya yang baik hati dan tidak pernah sombong.

Setelah Kevin berlalu pergi, Alexa berbaring di paha Kelvin. Tangan Alexa sibuk dengan ponselnya, hal itu membuat Ravin mendengus kesal.

"Lexa, dipanggil ke ruang guru. Nilai ulangan lo banyak yang nol," ucap Kelvin setelah mendapat pesan dari ketua kelasnya.

Kelvin dan Alexa memang sekelas. Sedangkan Ravin, otak encer cowok itu membuatnya harus mendekam di kelas yang berisi kumpulan nerd.

"Ya trus kalau nol mau gimana? Otak gue batasnya cuma sampe segitu doang. Kalaupun nilai gue tinggi pasti mereka bakalan curiga, salah mulu hidup gue."

"Yang salah bukan hidup lo, Del, tapi otak lo," ucap Ravin.

"Bacot."

Ravin terkekeh, ia kemudian membiarkan Alexa berbaring nyaman di paha sahabatnya itu. Gadisnya terlihat tenang menonton pertandingan bola di ponsel.

Namun, ponsel Alexa tiba-tiba mati. Pasti karena semalam lupa ia charger. Alexa bangun, menunggu makanannya dengan bosan.

"Kel, bawa rokok gak?" Kelvin menggeleng. Cowok itu masih asik dengan jam tangan yang sedari tadi berusaha ia perbaiki.

Alexa berdiri, ia berjalan mendekati Ravin. Tanpa ragu Alexa memeluk leher cowok itu lalu tersenyum dengan sangat manis "Vin, punya rokok gak?"

Ravin menatap wajah Alexa yang hanya berjarak beberapa centi di depannya, ia suka menelisik wajah gadis itu sedekat ini, sangat cantik.

"Gak punya."

Dukk

"Aww, dasar kepala batu!!" seru Ravin.

Alexa baru saja membentur kening Ravin menggunakan kepalanya. Cukup keras hingga membuat cowok itu mengaduh kesakitan. Kebiasaan Alexa jika sedang kesal dengan Ravin.

Catat hanya dengan Ravin.

"Dasar cowok brengsek!" maki Alexa.

"Cowok brengsek ini pacar lo, Del."

"Bodo amat!"

"Bener, kan?" Ravin menaik-turunkan alisnya menggoda Alexa.

"Fuck, mati aja lo!"

Dengan gemas Ravin menarik Alexa ke dalam pelukannya. Alexa ia dudukan di pangkuannya, memeluk erat gadis itu dari belakang. Tangannya memukul pelan bibir merah muda Alexa.

"Nih bibir pedes amat, gimana kalau- Arghh ADEL!!"

Cowok itu berteriak sebab Alexa kembali membenturkan belakang kepalanya pada hidung mancung Ravin.

Kelvin terbahak. Inilah yang berbeda dari pasangan Ravin dan Alexa, cara mereka bermesraan itu berbeda dari pasangan yang akan membuat perutnya mual. Mereka itu unik, mereka saling menyakiti namun juga saling melindungi. Mereka memang tidak menunjukkannya secara langsung tapi Kelvin dapat merasakan itu.

"Haii, My Prince, akhirnya setelah sekian lama menunggu, lo datang juga," sapa Alexa merangkul lengan Kevin.

"Kevin bangsat!" maki Ravin dalam hati.

***
Alexa masuk ke dalam rumahnya. Seporsi bubur ayam yang ia beli di pinggir jalan tadi sudah ada di tangannya. Gadis itu berlari kecil menuju dapur, menaruh bubur ayam itu di mangkuk.

Nampan ia siapkan, semangkuk bubur tadi ia taruh di atasnya. Tak lupa air putih yang sudah ia campur dengan obat.

Kakinya ia langkahkan menuju kamar sang Ibu. "Ma, Lexa bawa bubur kesukaan Mama," ucap Alexa sambil membuka pintu kamar Mamanya.

Seperti biasa, kamar itu selalu gelap, Mamanya tak suka penerangan. Alexa berjalan kearah sudut, menyalakan lampu tidur guna memberi sedikit cahaya.

"Mama makan, yuk," ajak Alexa.

Gadis itu menaruh nampan di atas nakas, lalu tangannya mengelus lembut rambut kusut sang Ibu.

"Ma," panggil Alexa lagi.

Namun Mamanya tetap tak merespon, wanita itu masih diam memandang kosong ke depan. Tubuhnya terlihat kurus, rambutnya pun acak-acakan.

"Lexa suapin, ya?" Tangan Alexa menyendok bubur ayam itu, mengarahkan sendok ke arah bibir sang Mama.

Mamanya tak menolak, wanita itu tetap menerima suapan demi suapan yang diberikan oleh Anaknya. Namun, matanya tak beralih, entah apa yang ia lihat di sana.

Setelah selesai, Alexa memberi Ibunya minum, lalu ia membereskan semua peralatan makan sang Mama.

Alexa mengambil sisir di dalam laci kemudian menyisir rambut rontok Ibunya. "Mama jangan banyak pikiran ya, lupain semua yang mengganggu di kepala Mama, lupakan pria bajingan yang udah nyakitin Mama itu."

"DIAM!!"

Alexa memejamkan matanya, ia menarik nafas lalu menghela panjang. Meski sudah terbiasa menghadapi hal seperti ini tapi tetap saja ia terkejut.

"PERGI!!"

Alexa berdiri, menatap sendu wanita yang telah melahirkannya. "Sampai kapan Mama mau kaya gini? Lupain semua hal tentang Pria sialan itu! Gak penting!"

Alexa meringis saat sesuatu mengenai dahinya. Tangannya terangkat, mengusap darah yang menetes, ia sudah menduga hal ini, Alexa maklum.

Ia berjongkok, memungut serpihan gelas yang pecah setelah mengenai dahinya. Sang Ibu melempar gelas yang tadi ia bawa kepadanya.

Gadis itu mengambil nampan dan menaruh serpihan tadi di sana. Ia mengecup kening sang Ibu, terakhir mematikan lampu yang sempat dinyalakannya tadi, setelah itu berlalu pergi dari kamar sang Mama.

Alexa sudah bertekad, ia akan membalas semua rasa sakit yang telah Ibunya rasakan. Pria bajingan yang telah membuat Ibunya menderita seperti sekarang tidak boleh hidup bahagia di luar sana.

Pria itu membuat Ibunya hampir mati, membuat Ibunya trauma, pria itu harus menanggung akibat dari apa yang telah ia perbuat.

Sudah satu tahun lamanya, sang Ibu merasakan penderitaan ini, mengharuskan dirinya mengunci sang Ibu di kamar gelap yang sepi, tak boleh menemui siapapun kecuali dirinya. Ibunya bisa sangat berbahaya jika bertemu orang asing.

Ya. Sang Ibu mengalami gangguan kejiwaan.

Jangan lupa tekan 🌟 di ujung kiri bawah
Coment juga jika suka
Thanks😊

23 Juni 2019

Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang