Exrta Part

7.5K 434 45
                                    

Minggu pagi yang dilakukan Alexa adalah mengunjungi kantornya. Seperti biasa ia akan berdandan dengan pakaian formal.

Damian baru saja menjelaskan perkembangan perusahaannya serta kendala-kendala yang mereka alami belakangan ini, tapi itu masih bisa diatasi.

Gadis itu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah membaca dan menandatangani beberapa dokumen yang diberikan oleh Damian.

Belum cukup ia beristirahat seseorang terdengar mengetuk pintu.

"Masuk!"

Hannah masuk kemudian membungkuk memberi hormat pada Alexa. Ia tak pernah tau jika bos-nya itu bahkan lebih muda darinya.

"Nona, di bawah ada beberapa anak muda memaksa untuk masuk! Mereka bilang ingin bertemu Anda."

Alexa masih nyaman bersandar seraya menutup matanya, ia menggeram pelan saat istirahatnya sedikit terganggu. "Di mana Damian?"

"Tuan Damian ada di ruangannya, beliau bilang jika masalah ini harus Anda sendiri yang menanganinya."

Alexa mendengus. "Suruh saja mereka masuk!"

Hannah akhirnya mengangguk, membungkuk lagi kemudian berlalu dari balik pintu.

Tak lama setelah kepergiannya, Hannah mengetuk lagi dan masuk bersama beberapa orang.

Di sana Ravin tersenyum menatapnya, berbeda dengan Kevin, Kelvin, Stella, Rachella, dan Marchel. Mereka memandang takut. Sebab, Alexa tengah melayangkan tatapan tajam.

"Silahkan duduk!" Semua mengikuti instruksi gadis itu. "Ada urusan apa kalian kemari? Ingin melamar pekerjaan?!"

Hampir saja Ravin meledakkan tawanya jika saja tak melihat tatapan sinis Alexa. Sedangkan teman-temannya menunduk menggeleng menjawab pertanyaan Alexa.

"Lalu?!"

Marchel dan Rachella menyikut Ravin yang memang duduk diantara mereka. Meminta Ravin angkat bicara tentang tujuan pergi ke sini.

Tak lama pintu kembali terbuka, tapi kali ini bukan Hannah melainkan Damian. Pria itu menatap bingung pada Alexa.

"Damian, harus ku apakan anak-anak pelanggar seperti mereka?!" tanya Alexa dengan kejam.

Damian tersenyum lebar, ada-ada saja gadis ini. Bagaimana bisa ia mengerjai temannya sendiri.

"Apa yang sudah mereka langgar?"

"Memaksa masuk ke dalam kantor seenaknya!" tegas Alexa.

Mendengar itu Rachella segera mencari pembelaan. "Bukan gitu, Om. Kita tadi mau ketemu Alexa. Kata Ravin kantor Alexa di sini, tapi Mba yang tadi malah bawa kita ke ruangan ini."

Alexa berjalan menghampiri teman-temannya, berdiri angkuh di hadapan mereka. "Bego! Gue Alexa, sialan!"

Semua mengangkat kepalanya, memandang terkejut wanita yang sedari tadi mereka takuti.

Sedang Ravin, kini sudah terpingkal-pingkal. Teman-temannya hanya mendengus kasar.

"Sumpah Lex, Lo beda banget." takjub Marchel.

"Iya, sangking bedanya, Ravin pernah manggil gue Tante dan curhat tentang pacarnya yang cuek ke gue!" sindir Alexa.

Tawa Ravin tergantikan dengan tatapan sengit pada Alexa, teman-temannya tergelak menatap cowok itu.

"Serius?" tanya Stella. Ia terbahak memandang muka merah cowok itu.

"Udah, berisik!" sinis Ravin.

Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang