"Del, kok makin hari lo makin kerempeng aja, sih?" tanya Ravin memeluk pinggang kekasihnya dari belakang.
"Gue sengaja! Biar lo gak deket-deket gue lagi," jawab Alexa asal.
Gadis itu masih sibuk menonton pertandingan basket di ponselnya. Sedangkan Ravin memilih diam memperhatikan Alexa dengan menumpukan dagunya di bahu gadis itu.
"Suara cowok yang waktu itu siapa, Del?" tanya Ravin dengan serius.
"Cowok baru gue," celetuk gadis itu.
"Gue serius." Ravin tak ingin main-main lagi. Ia mungkin harus sedikit tegas dengan kekasihnya ini.
"Gue lebih serius!"
Ravin merebut ponsel Alexa. Ia membalikkan tubuh gadis itu agar menghadap ke arahnya. "Sudah berapa lama?"
Alexa menatap mata kekasihnya, ia tau cowok itu terluka. Tapi mau bagaimana lagi, mereka tak boleh saling mencintai.
Itu salah.
"Udah lama, seminggu setelah kita jadian," bohongnya.
"Lo jahat, Del," lirih Ravin. Betapa sakitnya ia mengetahui hal ini. "Jadi dia ada di rumah lo waktu lo sakit?"
Alexa mengangguk.
"Kalian udah sedekat itu, ya? Bahkan gue yang lebih lama pacaran sama lo, gak pernah boleh ke rumah, kenapa Del?" kecewa Ravin.
Alexa menghembuskan nafas panjang. Tangannya meraih dan menggenggam kedua tangan Ravin. "Lo udah sering gue peringatkan. Kalau Lo capek, silahkan menye- "
"Gue gak akan nyerah," sambar Ravin cepat. "Gue akan berjuang sampai rasa cinta ini, tumbuh juga di hati lo!"
Alexa tersenyum manis, tangannya memeluk leher Ravin dengan mesra. "Meskipun perasaan kita sama, kita gak akan pernah bisa bersatu, Vin. Takdir gak mendukung hubungan ini."
Kedua alis tebal Ravin menyatu. "Maksudnya?"
"Nanti juga lo tau sendiri," ucapnya diakhiri dengan kecupan manis di bibir cowok itu.
Ravin kembali memeluk Alexa, menyembunyikan kepalanya di leher gadis itu. Ia memejamkan matanya menikmati usapan lembut di rambutnya.
"Gue suka posisi kita kaya gini, Del," ucap Ravin. "Mau tau gak kenapa?"
Alexa memutar bola matanya malas. "Karena lo bisa liat dalaman gue dari dekat!"
Tentu saja Alexa berfikir seperti itu, sebab di posisi ini wajah Ravin tepat berada di atas dadanya. Alexa yang memang tak pernah memasang dua kancing seragam atasnya membuat siapa saja bisa melihat dada gadis itu.
Ravin yang mendengar jawaban Alexa tergelak, ia bahkan tak berfikiran ke sana. Gadisnya ini memang selalu berfikiran negatif terhadapnya.
"Yaelah, gue udah sering liat pu- Arrghh sakit, Del!" ringis Ravin mengusap keningnya.
Alexa lagi-lagi melakukan hobi buruknya yaitu membenturkan kepalanya di kepala Ravin. Entah Alexa yang memang sudah tahan banting atau Ravin yang terlalu lebay, ia sama sekali tidak merasa sakit.
"Ohh, jadi kalian di sini."
Sepasang kekasih yang masih saling melempar tatapan tajam itu menoleh ke arah sumber suara. Ternyata itu si kembar Kevin dan Kelvin.
Setelah mencari Ravin dan Alexa ke sekeliling sekolah, akhirnya mereka berdua menemukan sepasang kekasih itu di gudang tempat biasa mereka berkumpul.
Alexa dengan cepat menjauh dari Ravin. Ia berpindah ke sebelah Kelvin yang sudah duduk di sofa seperti biasa.
"Lexa, dipanggil Pak Ba- "
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl (Selesai)
RandomHighest rank : #761 of 145k in teenfict [16/01/2021] #192 of 20,5k in bad girl [19/04/20] #178 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021] #101 of 14,3k in couple [16/1/2021] Ini cerita tentang Alexa dan kehidupannya. Bagaimana Ravin, sang kekasih begitu men...