27. Last Time

5.2K 340 11
                                    

"Del, Lo kenapa? Sakit apa? Kenapa bisa pakai baju sialan ini? Kenapa Lo gak pernah cerita sama gue tentang ini?" tanya Ravin bergetar.

Ia cukup terkejut dengan apa yang dilihat sekarang. Tubuh gadisnya semakin kurus, wajah Alexa juga pucat. Kenapa mereka baru dipertemukan sekarang. Sungguh, Ravin sudah mencarinya kemanapun.

"Del? Lo mau operasi apa?" gumamnya sendu. Lagi-lagi Ravin memberikan pertanyaan yang begitu sulit dijawab oleh Alexa.

Lama terdiam, akhirnya pertahanan gadis itu runtuh. Ia tak kuasa menahan tangisnya saat melihat Ravin. Orang yang selama ini ia hindari.

"Gue penyakitan, Vin! Gue malu."

"Sejak kapan?"

"Udah sejak lama."

"Jadi ini yang buat lo menjauh, iya? Del, kenapa Lo gak pernah mau terbuka sama gue? Lo tau kan seberapa gilanya gue tanpa lo? Gak mungkin gue ninggalin lo cuma karena penyakit!" ucap Ravin tak habis pikir.

"Bukan! Gue sengaja nyakitin Lo, gue sengaja buat Lo menjauh, gue sengaja terang-terangan selingkuh di depan Lo bukan karena penyakit ini! Gue gak akan sedramatis itu," balas Alexa. "Ini menyangkut balas dendam gue!"

"Balas dendam?"

Alexa mengangguk. "Iya, selama ini gue mempertahankan hubungan kita cuma karena balas dendam. Dan gue akan ninggalin Lo setelah balas dendam itu selesai!" jujur Alexa.

"Maksud Lo apa? Balas dendam apa?"

"Gue yang udah buat bokap Lo bangkrut! Gue yang udah mempermalukan bokap Lo di malam itu! Dan gue juga sengaja mempermalukan Lo di kantin. Semua ketidakberuntungan Lo itu karena gue, Vin! Cuma karena balas dendam," jelas Alexa.

Ravin menatapnya dengan pandangan kosong, merasa sakit saat Alexa secara tidak langsung mengakui bahwa gadis itu benar-benar ingin menghancurkannya.

"Balas dendam atas apa? Selama ini gue udah berusaha buat memenuhi semua keinginan Lo, gak pernah sekalipun gue berlaku gak baik terhadap Lo. Terus, masalah apa yang mau Lo balas?" tanya Ravin.

Cowok itu kini terduduk di depan Alexa, menggenggam kuat tangan gadis itu meminta penjelasan tentang kebingungannya.

Tetesan air mata itu menjadi deras, ia sudah tak peduli lagi jika Ravin akan menganggapnya gadis cengeng, Alexa hanya ingin melampiaskan segala bebannya.

"Lo Ingat foto bokap Lo dengan wanita lain malam itu? Lo tau anak kecil yang ada diantara mereka?"

Ravin mengangguk. "Itu sahabat Nona Adelia, bos dari pacar baru lo!"

"Bukan, dia bohong! Itu foto dia sendiri waktu masih kecil," elak Alexa.

"Lo kenal Nona Adelia?" tanya Ravin penasaran.

"Nona Adelia? Itu gue! Adelia Alexandra!"

Mata Ravin membulat terkejut. Ia benar-benar tak pernah menduga segalanya. Ia menggeleng, mengelak semua pemikirannya tentang Alexa yang sebenarnya.

"Wanita yang ada di samping bokap Lo, itu nyokap gue! Si Joshua Michael sialan itu udah tega membuang nyokap gue demi nyokap Lo! MAMA DISIKSA SAMPAI GILA OLEH BOKAP LO! Hiks, dia jahat Ravin hiks."

Ravin segera memeluk tubuh rapuh itu. Pandangannya menggelap saat matanya tertuju pada sang Ayah. Kebenaran ini juga ikut menamparnya, membawa dirinya ke titik terberat selama hidupnya.

Air matanya kembali menetes mendengar tangisan perih gadisnya. "Gue sayang sama Lo, Vin! Gue juga mau hubungan kita berjalan baik kaya dulu!" Pelukannya pada Ravin mengerat. "Tapi semuanya percuma!"

Dada Ravin tiba-tiba berdentum cepat, merasa belum siap mendengar kelanjutan ucapan Alexa. Tenggorokannya tercekat hingga tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa memejamkan mata dan berdoa agar dirinya bisa menerima semua kenyataan.

"Kita bersaudara, Vin!"

Cowok itu menarik oksigen sebanyak-banyaknya. Setelah tau dugaannya benar, paru-parunya terasa kosong. Mengapa fakta ini baru terbongkar sekarang, mengapa semua kenyataan begitu sulit untuk ia terima.

Ravin harap ini hanya mimpi.

"Del, hubungan kita yang sebenarnya, cukup anggap itu semua mimpi. Tolong ungkapkan isi hati Lo yang sejujurnya buat gue! Gue mau dengar. Please, for the last time."

Gadis itu melepas pelukannya, pengusap kedua pipi basah itu dengan kasar. Matanya menatap dalam mata Ravin. "Gue, Adelia Alexandra Geonardo sangat mencintai Ravindra Kenzo Michael. Cinta ini, gak akan pernah hilang sebelum gue mati! Semua tentang Lo, selalu ada dipikiran gue, apapun yang terjadi dengan Lo selalu terekam jelas di otak gue! Meski Lo hina sebagai pelacur pun gue gak akan pernah bisa menghapus nama Lo dari hati gue!"

Ravin tersenyum haru, air matanya berganti menjadi air mata bahagia. Kedua tangan lebarnya menangkup pipi Alexa. Menatap gadis itu penuh cinta.

"Gue lebih cinta sama Lo, Del. Udah berulang kali gue bilang kalau cinta gue akan terus tumbuh meski Lo sakiti berkali-kali. Gak ada yang bisa menggambarkan bagaimana rasanya mencintai seseorang sampai sebesar ini. Tolong jangan pergi lagi!" pinta Ravin.

Dengan cepat ia meraup bibir Alexa. Mencium gadis itu penuh tuntutan, melepas rindu serta kekecewaannya.

Nafas keduanya memburu, dahi mereka saling menempel dengan pandangan beradu.

"Maaf," ucap Ravin.

Cowok itu berdiri, membantu Alexa untuk berpindah ke kursi rodanya. Tak lama setelah itu pula, Damian datang.

"Waktunya masuk, dokter sudah menunggu."

Pria dewasa itu mengambil alih Alexa dari Ravin. Membawa gadis itu masuk ke dalam rumah sakit. Ravin terus mengikuti hingga seorang suster membawa Alexa masuk ke dalam ruang operasi.

Ravin dan Damian sama-sama terdiam menatap pintu dengan kosong. Entah mengapa perasaan mereka berubah aneh.

"Dia pasti akan baik-baik aja, kan?" tanya Ravin. "Gue tau dia kuat, gue tau Alexa gak akan mudah menyerah, dia pasti bisa melewati semuanya, kan?" lanjutnya.

Damian menggeleng. "Dia sudah melewati semuanya, gadis itu bisa menanganinya sendiri dengan baik. Sekarang, ini terserah dia. Jika ia ingin bertahan, artinya dia harus berjuang sedikit lagi. Tapi tak ada yang tau sampai mana manusia bisa berjuang, jika ia lelah. Ia akan menyerah. Alexa adalah gadis yang sulit untuk ditebak."

"Masih ada yang perlu dia selesaikan, dia gak boleh pergi!" kekeuh Ravin.

"Semua sudah berakhir, tujuannya untuk balas dendam sudah dia lakukan. Tak ada alasan lagi untuk dia tetap bertahan, kecuali jika dia ingin," balas Damian.

Dalam hati ia pun berharap bahwa Alexa benar-benar akan berjuang untuk hidup kembali. Meski tak memiliki ikatan apapun, tapi Alexa sudah ia anggap sebagai keluarga.

Keduanya hening, semua terhanyut dalam pikiran masing-masing. Keadaan di depan ruang operasi sangat sunyi.

Hingga pintu operasi terbuka, menampilkan seorang perawat dengan raut wajah panik.

"Apa di antara keluarga pasien ada yang bergolongan darah A- ? Pasien mengalami pendarahan yang cukup serius, dan kami sedang tidak memiliki stok darah tersebut," jelas sang perawat.

"Jika terlambat, pasien bisa kehilangan nyawanya!"

Jangan lupa votmen 🌟
Thanks😉

4 Maret 2020

Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang