25. Pergi

4.8K 367 4
                                    

Happy Reading ❤️

Hari ini mungkin adalah hari paling tak terlupakan bagi teman-teman sekelas Alexa. Sebab, untuk pertama kalinya gadis itu datang bahkan sebelum gerbang sekolah dibuka.

Apalagi saat Alexa terlihat benar-benar menyimak semua penjelasan guru. Tak ada keributan apapun yang dilakukan gadis itu di jam pertama.

Ketika mata mereka bertemu. Alexa pasti akan menebar senyum manisnya lebih dulu. Benar-benar bukan Alexa seperti yang mereka kenal.

Beberapa ada yang memandang heran. Namun, mereka tetap memaklumi perubahan gadis itu. Apalagi dia adalah Alexa, gadis yang tak bisa ditebak sifatnya.

Istirahat pertama tiba, Alexa berdiri lebih dulu. Ia berjalan menuju gudang biasa, berharap bisa mencari ketenangan untuk sementara. Ternyata berpura-pura baik-baik saja itu tak semudah yang dia bayangkan.

Alexa kira gudang itu kosong mengingat teman-temannya akan berkumpul pada istirahat kedua saja sebab istirahat pertama digunakan untuk mengisi perut.

Tapi yang ia lihat sekarang, di sana sudah ada Ravin dan Rachella. Mereka terlihat asik makan bersama, mungkin mereka bolos sejak jam pelajaran pertama berlangsung.

Akhirnya ia berbalik, jujur Alexa merasa sesak. Ravin terlihat baik-baik saja tanpa dirinya. Cowok itu bahkan lebih bahagia dari sebelumnya.

Seharusnya tak apa. Memang ini yang ia mau sejak dulu.

Membuat Ravin menjauh.

Gadis itu menghela nafas berat. Berbalik meninggalkan gudang dengan perasaan kacau. Begitu banyak hal yang sekarang ia pikirkan, hingga membuat kepalanya terasa ingin pecah.

Sekarang kemana ia harus pergi. Ingin membolos pun tak bisa karena ia tak membawa mobil hari ini. Sejak kejadian dirinya pingsan kemarin, Damian melarangnya membawa kendaraan sendiri. Terlalu berbahaya jika sewaktu-waktu dirinya kumat.

Akhirnya ia memilih berjalan menuju kantin. Kali ini Alexa tak bergabung dengan dua gadis nerd yang akhir-akhir ini menemaninya makan saat istirahat.

Gadis itu duduk di meja tengah. Meja yang biasanya digunakan oleh geng Rachella. Tapi kali ini mereka tak ada, tentu saja karena induknya masih sibuk bermanja-manja di gudang belakang.

Dengan santai, ia mengeluarkan satu kotak rokok dari saku rok. Tangannya mengambil satu kemudian membakar benda itu. Dihisapnya hingga mengeluarkan asap putih.

Tentu saja kegiatan itu seketika membuatnya menjadi pusat perhatian. Bahkan, Alexa bisa melihat wajah terkejut ketua OSIS yang kebetulan sedang makan di meja depannya.

Ia tersenyum miring seolah menantang. Alexa mengangkat jari tengahnya saat mendapati cowok ketua OSIS itu mencoba memotret dirinya.

Tak lama setelah itu. Seorang Guru datang, membuat Alexa berdiri menyambutnya dengan hangat.

"Selamat siang, Pak," sapa Alexa.

Guru berkepala plontos itu padahal tengah menatapnya dengan tajam. "Kamu memang benar-benar sudah bosan bersekolah di sini, Alexa!"

Alexa mengangkat kedua bahunya acuh. Beberapa murid bahkan merasa jengkel dengan sikap tak peduli gadis itu. "Bisa jadi."

"Ikut saya ke ruang kepala sekolah!" perintah sang Guru.

Alexa mengangguk santai, membuang rokoknya ke lantai kemudian diinjak memutar. Setelah itu ia berjalan mendahului sang Guru yang wajahnya sudah memerah menahan amarah.

Semua menatap kepergian Alexa, merasa kasihan sekaligus salut. Ia adalah gadis terberani yang pernah mereka temui.

***
Sekarang, Alexa dan Damian selaku wali dari Alexa kini tengah duduk berhadapan dengan kepala sekolah.

Damian yang baru saja selesai mengadakan meeting tiba-tiba mendapat telepon dari sekolah untuk memintanya hadir.

Setelah mendengarkan penjelasan dari kepala sekolah, akhirnya Damian mengangguk mengerti. Ia paham dengan apa yang sudah dilakukan gadis itu.

"Maaf Alexa, meski kamu telah mengharumkan nama sekolah tapi peraturan tetap peraturan. Bagi yang melanggar akan diberikan sanksi. Catatan pelanggaran kamu sudah terlalu banyak, ini akan mencoreng nama baik sekolah serta menjadi contoh buruk bagi teman-temanmu yang lain. Dan saya, selaku kepala sekolah dengan berat hati akan mendrop out kamu dari sekolah ini. Perbuatanmu kali ini sudah keterlaluan."

Gadis itu hanya diam menatap lurus, ia tak ingin menerima tapi tak mau juga menolak. Alexa akan mengikuti alur kehidupannya saja mulai sekarang.

"Pak Damian, terima kasih atas kehadirannya. Maaf jika ada perkataan yang kurang berkenan di hati Anda."

Damian tersenyum sopan. "Saya yang seharusnya meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan Alexa selama ini. Kalau begitu saya pamit undur diri. Terima kasih, Pak."

Alexa lebih dulu pergi meninggalkan ruang kepala sekolah. Ia melangkah cepat menuju kelas, merapikan semua barang-barangnya dan pergi.

Beberapa murid menatap heran pada gadis itu. Sesaat mereka terpana pada pria dewasa yang berjalan dengan gagah di belakang Alexa.

Semua seketika sunyi saat Alexa tanpa sengaja berpapasan dengan dua sahabat kembarnya. Tatapan gadis itu menatap sendu Kevin dan Kelvin. Ingatannya kembali pada saat mereka berkumpul bersama.

Hanya mereka yang mau menjadi pelampiasan saat ia cemburu pada Ravin dan Rachella. Mereka lah yang selalu Alexa manfaatkan jika ia ingin mengetahui kabar Ravin tanpa sepengetahuan cowok itu. Namun, semua telah berbeda, mereka seolah menjauh.

Gadis itu tersenyum senang. Mata berembun nya menatap dua orang itu antusias. "Kalian jaga diri baik-baik ya. Gue udah gak di sini lagi. Gara-gara ketua OSIS sialan itu gue di drop out! Tapi udah lah, ini biar jadi pelajaran buat kalian."

Secara tiba-tiba Alexa memeluk Kevin dan Kelvin, cukup lama hingga Damian harus menarik gadis itu agar melepaskan pelukannya.

"Kita pulang," ucap Damian menarik pelan pergelangan Alexa.

Sebelum benar-benar pergi, gadis itu berbisik, "jaga Ravin buat gue."

***
Kedatangan Kevin dan Kelvin menghentikan aktivitas Ravin dan Rachella. Dua orang itu menatap bingung pada anak kembar yang kini berdiri di hadapannya dengan nafas tak beraturan.

"Vin, Lo tau gak?" tanya Kelvin.

Ravin menggeleng acuh, tak peduli dengan apa yang akan Kelvin katakan.

"Alexa, dia di DO dari sekolah," jelas Kevin.

"Kenapa bisa?" Bukan Ravin yang bertanya, melainkan Rachella. Gadis itu ikut penasaran. Sebab, Alexa adalah murid pembuat onar tapi selalu beruntung. Ia selalu bisa melakukan apa yang dimau tanpa takut apapun.

"Alexa nekat merokok di tengah kantin. Akhirnya dia ketahuan dan dipanggil ke ruang kepala sekolah. Gak ada yang tau selanjutnya sampai dia sendiri yang bilang kalau dia udah gak di sini lagi."

Ravin memandang dua orang itu bergantian, bertanya lewat tatapan mata apakah mereka berbohong atau tidak.

"Lo tau permintaan dia sebelum benar-benar pergi?" tanya Kelvin.

"Alexa minta kita jagain Lo ... demi dia!"

Dan saat itu juga Ravin merasa dadanya bergemuruh. Perasaannya berubah aneh.

Seperti ada yang akan hilang untuk selamanya.

Lanjut👇

Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang