Duk duk duk
Bola yang dipantulkan oleh Alexa berbunyi nyaring. Ia sekarang tengah sibuk berlatih basket. Meskipun ia orang yang tidak peduli, tapi apa salahnya membanggakan sekolah.
Setidaknya jika ia sudah tidak ada lagi di sini, ada sebuah kenangan yang bisa mengingatkan mereka tentang dirinya.
"Adel!!!"
Suara itu. Alexa tau siapa yang telah meneriakkan namanya. Tentu saja Ravin, tidak ada seorangpun yang berani memanggilnya dengan sebutan itu kecuali seorang Ravindra.
Alexa tak menanggapinya, ia kembali memfokuskan diri pada latihannya. Kali ini ia harus lebih serius, salah sedikit saja, bisa-bisa ia mempermalukan sekolahnya.
Cowok itu merebut bola yang baru saja Alexa lempar ke dalam ring. Ravin memeluk bola basket itu sambil berjalan mendekat ke arahnya.
"Tanding, yuk. Kita main satu lawan satu. Yang kalah dapat hukuman, gimana?" tantang Ravin.
"Gue pikir lo masih marah," ucap Alexa.
Ravin menyatukan kedua alisnya bingung. "Marah kenapa?"
"Soal balapan kemarin," jawab Alexa acuh.
Ravin tersadar, ia lupa. Padahal ia masih dalam mode marah pada Alexa.
"Gak jadi marah," jawab Ravin.
Alexa menghentikan aktivitasnya mendribble bola yang sebelumnya ia rebut dari Ravin. Matanya kini terfokus pada cowok itu dengan satu alis terangkat. "Labil!" ucapnya dengan remeh.
"Kelabilan ini juga karena lo, Del. Kalau sama lo, gue gak akan bisa marah."
"Whatever." Tangan lentik itu melempar bola hingga masuk tanpa menyentuh lingkaran ring sedikit pun. Membuat Ravin yang melihatnya berdecak kagum.
"Del, ajarin gue dong. Pengen deh diajarin pacar sendiri." Ravin memasang wajah termelas nya.
Hal itu membuat Alexa spontan melempar bola tepat di wajah cowok itu. Merasa jijik menatap wajah Ravin. Entah apa yang ada dipikiran cowok itu, padahal Ravin lebih mahir darinya.
Memang dasar modus.
"Del, ada kabar baik, nih."
"Apa?"
"Tadi, Pak Sam bilang ke gue, kalau sekolah kita diundang ke acara penting karena lo. Terus pak Sam bilang, lo gak mau ke sana kalau gak bawa tim. Akhirnya, gue ditunjuk jadi salah satu anggota tim itu. Dan itu artinya kita satu tim," jawab Ravin kegirangan.
Alexa mengangkat bahunya acuh. Kemudian tangannya melempar bola dengan mulus masuk ke dalam ring lagi.
"Bodo amat!"
Alexa berjalan ke pinggir lapangan, meraih tasnya yang tergeletak sembarangan, kemudian pergi meninggalkan Ravin.
"Loh, Del? Mau ke mana?"
Ravin berlari mengejar gadis itu. Tangannya meraih tangan Alexa, membungkusnya dalam genggaman hangat Ravin.
"Del, jalan yuk," ajak Ravin.
Beberapa hari ini, ia jarang menghabiskan waktunya bersama Alexa. Ia rindu kekasihnya ini.
"Kemana?"
"Kemana aja, yang jelas cuma ada kita berdua," jawab Ravin menggoda.
Alexa tersenyum miring, kemudian tangannya yang digenggam Ravin beralih merangkul lengan Ravin. "Yakin? Hanya berdua?"
Ravin mengangguk mantap.
"Kalau gitu, gue yang pilih tempatnya," ucap Alexa.
"Oke."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl (Selesai)
RandomHighest rank : #761 of 145k in teenfict [16/01/2021] #192 of 20,5k in bad girl [19/04/20] #178 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021] #101 of 14,3k in couple [16/1/2021] Ini cerita tentang Alexa dan kehidupannya. Bagaimana Ravin, sang kekasih begitu men...