"Ravin pulang!! Yuhuu!!" teriak cowok itu saat memasuki apartemen nya.
Memang semenjak pulang dari rumah sakit Alexa sudah tak mau tinggal di rumahnya lagi. Rumah itu selalu mengingatkan dirinya dengan sang Ibu, akhirnya Ravin menawarkan Alexa untuk tinggal di apartemennya.
Sesekali Ravin akan berkunjung jika merindukan kekasihnya itu, dan semenjak mereka bertunangan, Ravin pun ikut tinggal di apartemennya, tentu saja dengan izin sang Ayah.
Sore ini ia baru saja pulang dari minimarket karena persediaan makanan di kulkas telah habis.
"Gak usah berisik!" sengit Alexa.
Bibir cowok itu maju beberapa centi. "Galak banget, sih? Ayo, masak. Gue ajarin, sini," ajak Ravin kemudian berlalu ke dapur.
"Males, Vin. Besok aja, ya," usul Alexa yang tengah fokus pada tontonannya.
"Gak! Dari kemaren Lo ngomong gitu mulu! Ayo," galak Ravin.
Cowok itu sudah seperti ibu-ibu rempong meminta anaknya yang pemalas untuk bersih-bersih rumah, dengan celemek serta spatula di tangannya semakin membuatnya mirip.
"Iya-iya! Rempong Lo!"
Alexa berdiri, melangkah menuju dapur dengan malas. "Gue harus ngapain dulu, nih?!"
"Pertama, cuci tangan," perintah Ravin.
Gadis itu menuruti, mencuci tangannya sebersih mungkin agar Ravin tak banyak bicara. Sebenarnya yang lebih cocok menjadi Ibu rumah tangga di sini adalah Ravin.
"Udah! Terus?"
Cowok itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Setelah itu, Lo harus pakai perlengkapan memasak kaya gue, nih."
Ravin memberikan celemek lain pada Alexa, membantu gadis itu memakainya. Mengikat rambut tunangannya yang terurai agar tidak begitu mengganggu.
"Beres," puasnya melihat hasil ikatan rambut Alexa yang tak terlalu buruk. "Hari ini mau makan malam apa?" tanya Ravin.
Alexa terlihat berfikir, cukup lama hingga membuat cowok itu jengah sendiri. "Lama banget mikirnya! Kaya yang punya otak aja," ejek Ravin.
Takk
Seketika sebuah jitakan mendarat di kepala Ravin. "Songong banget, Lo!"
"Iya-iya sorry," ucap Ravin mengusap kepalanya. "Kasar banget, sih Del! Kalau kepintaran otak gue berkurang satu persen, gimana?!"
"Lebay banget!!" jerit Alexa memandang Ravin dengan tatapan geli.
"Jangan berisik, Del. Ntar orang-orang mikirnya kita lagi ngelakuin hal yang iya iya lagi!" ucap Ravin.
"Udah, deh! Mau masak aja harus adu bacot dulu!" balas Alexa jengkel.
"Yang daritadi banyak bacot siapa, yang kena omel siapa," gumam Ravin.
***
"Lumayan untuk pemula," komentar Ravin."Ngomong jujur aja, gue tau Lo bohong, muka Lo gak meyakinkan soalnya," ucap Alexa.
Ravin menyengir. "Sebenarnya gue gak ngerasain apa-apa di masakan ini, bumbunya kurang. Pasti karena masaknya gak pake senyum tadi," jawab Ravin.
Alexa mendelik. "Gimana mau senyum kalau Lo daritadi nyebelin! Ganggu orang lagi fokus! Siapa tadi yang nambahin air kebanyakan?!"
Memang tadi Alexa benar-benar berniat ingin memasak sup yang enak tanpa bantuan Ravin, ia hanya mengikuti resep yang ada di ponselnya. Sedangkan Ravin, cowok itu hanya mengawasinya saja agar tak menghancurkan dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl (Selesai)
RandomHighest rank : #761 of 145k in teenfict [16/01/2021] #192 of 20,5k in bad girl [19/04/20] #178 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021] #101 of 14,3k in couple [16/1/2021] Ini cerita tentang Alexa dan kehidupannya. Bagaimana Ravin, sang kekasih begitu men...