Alexa menatap Ravin sinis. "Bercandaan Lo gak lucu!"
Ravin hanya cengengesan. "Ya, Maaf."
"Hai, cewek bar-bar, nih kita bawain sesuatu," ucap Marchel memberi sebuah buket bunga serta plastik berisi makanan yang ia beli dari kantin sekolah.
Alexa tersenyum malas menerima barang pemberian Marchel. "Segini doang makanannya? Ikhlas gak Lo belinya?"
Mata Marchel melotot horor. "Segini belum cukup? Di situ ada nasi goreng, siomai, mie ayam, sama pecel. Masih kurang, Lexa?"
Alexa mengangguk.
"Wahh, setres nih cewek. Untung kita belum jadian, bisa bangkrut gue bayarin makanan Lo," jelas Marchel.
Alexa menatap sinis cowok itu, "Lo tau gak manusia yang paling gue benci di ruangan ini siapa?"
Marchel menggeleng. "Siapa?"
"Lo, sialan. Pulang sana! Bikin emosi aja tinggal di sini!" usir Alexa.
"Udah sana pulang," tambah Ravin. "Lo di diizinin ikut cuma buat beli makanan itu doang, sana pulang!"
Semua menahan tawa melihat wajah memerah Marchel. Cowok itu mendengus kesal, kemudian menatap Alexa. "Lo tega ngusir ketua kelas Lo yang ganteng tiada duanya ini, Lex?"
"Ya, sana pulang!"
Marchel menghela nafas panjang, kemudian bersiap untuk pergi. Tapi senyumnya merekah saat merasa Alexa langsung memeluknya sebelum ia melangkah pergi.
"Gue bercanda, gak usah baperan!"
"Gimana gak baper kalo dipeluk gini?" jawab Marchel.
Alexa langsung melepas pelukannya, menatap Marchel dengan tatapan datar. Cowok itu sudah senyum-senyum tak jelas karena mendapat pelukan dari Alexa.
"Lo tau gak kenapa di abjad, dari huruf B bisa jadi C?" tanya Marchel.
Semua menatap bosan pada cowok itu. "Gombal lagi," jengah Stella.
Alexa terkekeh geli kemudian membalas pertanyaan Marchel, "kenapa?"
"Karena dari BENCI bisa jadi CINTA, eakk."
Semua masih diam, menatap aneh cowok yang masih tertawa dengan candaannya sendiri itu.
"Garing."
Semua menoleh memandang terkejut pada orang itu. Sejak kapan si murid nerd berani berkata begitu pada Marchel, si Ketua kelas player.
Gadis nerd itu langsung melotot menutup mulutnya, merasa bodoh karena keceplosan, memang mulut ini tak bisa diajak berkompromi.
Alexa berdehem untuk kembali mencairkan suasana. "Gimana, kerjaan kalian?"
Dua gadis itu mengangguk. "Baik-baik aja, di tempat yang baru orang-orangnya baik banget, kita dikasih ruangan pribadi. Sekali lagi makasih ya, Alexa," jawab Alicia.
Alexa tersenyum membalas ucapan mereka.
"Tambah manis aja kalau lagi senyum," celetuk Marchel lagi. Di kelas memang hanya dia yang berani dengan Alexa. Teman-temannya yang lain angkat tangan dengan sikap bar-bar gadis itu.
Ucapan Marchel membuat Ravin melayangkan tendangan di tulang keringnya. Cowok itu hanya manyun mengusap daerah yang ditendang Ravin.
Alexa menoleh pada Damian dan Joshua yang kini duduk di sofa, sepertinya mereka tengah membicarakan hal yang serius.
"Tempat kalian kerja sekarang, itu kantor bokapnya Ravin, jadi dia yang sekarang jadi bos kalian," tunjuknya pada Joshua.
Dua gadis itu mengikuti arah telunjuk Alexa kemudian mengangguk mengerti.
"Kalian, kerja?" tanya Rachella.
Alicia mengangguk membalas pertanyaan Rachella.
"Pantesan penampilan kalian udah gak malu-maluin lagi!"
"Rachella!"
***
"Gue serius soal omongan gue tadi."Setelah mengantar kepergian teman-temannya, Ravin kembali ke ruangan Alexa dan duduk di atas dipan bersama gadisnya.
"Omongan yang mana?" tanya Alexa.
"Yang gue bilang kalau kita sebenarnya bukan saudara. Itu benar, Del!"
"Maksud Lo? Joshua bukan bokap gue?"
Ravin mengangguk. "DNA kalian berbeda. Ayah kandung Lo sebenarnya ... Damian."
Alexa terbelalak terkejut, matanya menatap Damian yang tak lagi berbincang-bincang dengan Joshua. Pria itu memandang Alexa dengan sendu. Gadis itu menggeleng mengelak kebenaran ini.
"Gak mungkin."
"Dia memang Anakku, tapi mengapa DNA kita berbeda?" lirihnya.
Ravin berdiri menghampiri Ayahnya, menatap pria itu dengan khawatir. "Jadi gimana dengan Adel?" takutnya.
Tak disangka Damian langsung berjalan masuk ke dalam ruangan. Meski ragu namun ia tetap akan mencoba.
Dan benar saja, DNA mereka sama. Ternyata perhatian dan kasih sayang nya selama ini pada Alexa bukan tanpa alasan, itu karena Alexa memang anak kandungnya.
Damian dan Ibu Alexa memang pernah berhubungan. Damian pernah menyimpan perasaan pada Ibu Alexa. Namun, wanita itu malah lebih memilih Joshua.
Hingga suatu hari Ibu Alexa datang padanya. Menangis menceritakan ketidakpedulian Joshua terhadapnya. Lama kelamaan Ibu Alexa mulai menginginkannya bahkan saat ia masih bersama Joshua.
Damian yang memang menyukai Ibu Alexa sejak lama pasti tak akan menolak. Ia tau masih ada jalan untuk mereka bersama.
Dan akhirnya malam itu mereka melakukannya.
Alexa tersenyum sinis dengan tatapan kosong setelah mendengar penjelasan Ravin. "Jalang sialan!"
"ALEXA!!"
Teriakan Damian membuat gadis itu menoleh menatap tajam dirinya. "Apa?! Mau belain dia? Kalian berdua memang sama, sama-sama tolol!"
"Alexa, dia Ibumu," peringat Joshua.
"Memang kenapa? Apa gue salah? Gue cuma mau bantu dia! Tapi jalang itu malah membuat gue jadi penjahat!"
PLAKK
Untuk pertama kalinya, Alexa mendapat tamparan dari seseorang dan itu adalah Damian, orang yang selama ini sudah ia anggap sebagai keluarga.
"Brengsek! Gue benci Lo sialan!"
Alexa turun dari kasurnya, ia melangkah keluar ruangan dengan emosi yang meledak-ledak. Gadis itu membanting pintu mengabaikan teriakan Ravin dan Joshua serta tatapan orang-orang di sana.
Dadanya bergemuruh dengan nafas memburu. Air mata sudah mengalir deras di pipinya. Ia tak peduli lagi dengan apapun, gadis itu berjalan mengikuti arah langkah kakinya saja.
"Gue benci hidup ini!"
Jangan lupa votmen 🌟
Jangan sider
Thanks😉1 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl (Selesai)
De TodoHighest rank : #761 of 145k in teenfict [16/01/2021] #192 of 20,5k in bad girl [19/04/20] #178 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021] #101 of 14,3k in couple [16/1/2021] Ini cerita tentang Alexa dan kehidupannya. Bagaimana Ravin, sang kekasih begitu men...