15. Khawatir.

5.2K 367 6
                                    

Alexa mengurai pelukan Ravin. Kedua tangannya meraih wajah cowok itu. Tatapannya berubah serius saat melihat mata coklat kekasihnya menatap Alexa penuh kesedihan.

"Kalau gitu jangan bertahan."

Ucapan Alexa berhasil membuat Ravin tersenyum miris, merasa sakit untuk yang kesekian kalinya.

"Apa berjuang itu sulit buat lo, Del?"

Alexa mengangkat kedua bahunya tanda tak tau. "Gue gak ada waktu. Jadi kalau lo udah gak tahan silahkan pergi. Terlalu dipaksakan juga gak baik, Vin."

Ravin berdiri dari duduknya saat tau Alexa sudah mulai tidak nyaman dengan posisi mereka. Ia membiarkan gadis itu pergi meninggalkannya sendiri.

Ravin hanya terkekeh kecil. Meratapi kisah cintanya yang tak terbalaskan ini. "Artinya gue harus berjuang sendiri ... lagi."

***

"Wow lihat, ada bitch di sini!"

Langkah Alexa terhenti. Tubuhnya berbalik ke arah belakang saat mendengar suara orang yang terdengar tidak asing.

Rachella.

Alexa menaikkan sebelah alisnya saat Rachella mulai meneliti penampilannya dari atas sampai bawah.

"Penampilan lo berkelas tapi kok, murahan ya?!"

Suara Rachella lagi lagi terdengar. Ia masih diam, menunggu hinaan selanjutnya dari gadis itu sebelum ia bertindak.

"Cantik, tapi licik!"

Alexa masih diam, ia melipat kedua tangannya di depan dada, tubuhnya ia sandarkan pada tembok.

Tenang sebelum badai.

"Mungkin, kurang didikan orang tua! Atau lo emang diajarkan buat jadi perusak hubungan orang! Jangan-jangan, nyokap lo juga git- "

BRRAKK

Sebuah tempat sampah melayang ke arah Rachel lengkap dengan isinya yang berserakan mengenai sepatu gadis itu.

"Ada lagi yang mau disampaikan?!" tanya Alexa pada gadis yang masih diam karena keterkejutannya.

"Sialan lo! Sepatu gue kotor!" sentak Rachel.

Alexa mengangguk tenang. "Tapi gak sekotor mulut lo. Lagian sepatu sebagus itu gak cocok ada di antara makhluk kotor dan hina kaya lo. Jadi sekalian aja gue kotorin, right?!"

"Brengsek! Ngajak ribut lo!"

Rachella maju, dengan geram tangannya melayang ingin meraup rambut panjang Alexa.

Namun, sebelum itu terjadi Kelvin dan Kevin datang tepat waktu. Mereka berdua menjadi benteng Alexa, melindungi gadis itu dari keganasan Rachel.

"Gak usah banyak tingkah bisa, gak?!" ucap Kelvin menatap gadis itu tajam.

Kevin tertawa remeh. "Kurang perhatian, ya? Atau haus pamor? Pengen di bilang jago sama yang lain?! Kalau gitu lawan lo bukan Alexa, dia gak akan mau meladeni lo! Buang-buang waktu!"

Alexa terkekeh pelan. Kedua tangannya memeluk pinggang saudara kembar itu dengan senyum merekah.

"Bagaimana rasanya di hina? Enak? Padahal gue belum turun tangan. Tapi untung dua cowok kesayangan gue cepat datang, jadi gue gak perlu mengotori tangan ini demi menyadarkan manusia gak tau diri seperti lo."

"Lo yang gak tau diri! Ingat gak Ravin ngelakuin apa aja buat lo! Dan gue rasa lo gak pernah ngelakuin apa-apa buat dia. Itu baru namanya gak tau diri!"

"Itu urusan gue. Lo gak ada hubungannya sama di- "

"Ada!" ucap Rachel memotong perkataan Alexa dengan cepat. "Tiap gue berdua sama dia. Kenapa yang ada dipikirannya dia cuma lo. Bahkan gue yang selalu rela ngejar-ngejar dia gak pernah dianggap. Kalau lo emang gak sayang, lepasin! Jangan buat dia tersiksa!"

Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang